Berkat Fairtrade, Petani Pati Berhasil Jual Produk Pertanian ke Eropa

PELUANG USAHA: Kelompok Tani Singkong Pati dari Kecamatan Tlogowungu menunjukkan hasil pertanian olahan singkong melalui program Fairtrade. (Istimewa/Lingkarjateng.id)

PELUANG USAHA: Kelompok Tani Singkong Pati dari Kecamatan Tlogowungu menunjukkan hasil pertanian olahan singkong melalui program Fairtrade. (Istimewa/Lingkarjateng.id)

PATI, Lingkarjateng.id – Kelompok Tani Singkong Pati dari Kecamatan Tlogowungu, Kabupaten Pati berhasil menjual hasil pertanian berupa olahan ketela pohon hingga menembus pasar Eropa melalui program Fairtrade Original dari Belanda.

Program Fairtrade merupakan perdagangan yang berkeadilan di seluruh dunia. Melalui program ini, petani dilibatkan dalam supply-chain produk secara langsung sehingga terjadi transparansi mulai dari bahan baku yang diproduksi petani hingga produk jadi sampai ke tangan konsumen.

Ketua Kelompok Tani Singkong Pati, Abdul Rohman, menyebutkan bahwa kerja sama dengan Fairtrade produk olahan singkong ini dirintis bersama Koperasi Agro Bumbu QTHA dari Salatiga sejak tahun 2019.

“Tahun 2019 itu kita survey ke lapangan dengan Pak Martin (perwakilan Fairtrade Original Belanda) dan melakukan pendataan petani yang mau ikut serta pendataan luas lahan dan pendataan perkiraan tonase hasil produksi setiap tahunnya,” terang Abdul Rohman.

Abdul Rohman menambahkan, program Fairtrade ini sangat menguntungkan bagi petani karena petani mendapat jaminan produk yang akan dibeli dengan harga layak sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani mitra.

Sementara itu, Muh Ruhman selaku Ketua Koperasi Agro Bumbu QTHA menyampaikan bahwa kerja sama dengan petani Pati ini sudah memasuki tahun ketiga.

“Tahun 2022 ini adalah tahun ketiga kami membeli produk ketela pohon dari petani mitra yang sudah kami survei dan kami audit sejak masa tanam. Setelah ini, kami bekerja sama dengan UD. Sentosa Abadi di Margoyoso dalam mengolah ketela menjadi tepung tapioka kualitas super agar memenuhi standar,” jelas Muh Ruhman.

Produk tepung tapioka hasil petani Pati, lanjut Muh Ruhman, bakal diolah oleh PT. Sekar Laut Tbk untuk dijadikan pellet kerupuk kemudian dikirimkan ke Belanda.

Perwakilan Fairtrade Original dari Belanda, Martin (kiri) saat meninjau hasil pertanian singkong dari Kelompok Tani Singkong Pati. (Istimewa/Lingkarjateng.id)

Sementara Martin selaku perwakilan Fairtrade Original dari Belanda mengungkapkan pellet yang diproduksi di Indonesia, digoreng di Belanda kemudian dikemas dan dipasarkan di supermarket diseluruh Belanda.

Martin menyebut, produk kerupuk melalui program Fairtrade dari petani singkong di Pati mendapat sambutan yang baik di Eropa. Mereka membeli kerupuk dengan logo Fairtrade sebab mereka mengetahui pemilik produk dari hulu ke hilir telah diperlakukan dan dihargai dengan cara yang lebih adil.

“Sampai tahun 2022 ini kami sudah menjual produk kerupuk dengan logo sertifikasi Fairtrade di Belanda dan Jerman. Rencana ke depannya akan ekspansi pemasaran ke Perancis, Austria dan Switzerland,” terangnya.

Martin menambahkan, standar Fairtrade ini sudah disusun dengan sedemikian rupa agar benar-benar memberi manfaat bagi petani dan pekerja.

Beberapa poin penting dalam standar Fairtrade, tambah Martin, di antaranya adalah keterbukaan setiap aktivitas bisnis, setiap organisasi dalam mata rantai Fairtrade harus memberikan upah yang layak kepada pekerja dan pengembangan bisnis harus bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan pekerjanya.

“Saya berharap dengan sistem yang berkeadilan (Fairtrade) petani bisa mendapat penghidupan yang layak. Di samping itu, saya mendukung penuh apabila dilakukan improvement seperti pelatihan (untuk efisiensi biaya produksi singkong) agar produk kerupuk kita bisa lebih kompetitif di pasar,” pungkasnya. (Lingkar Network | Lingkarjateng.id )

Exit mobile version