Angka Stunting di Rembang Turun Jadi 11,9 Persen

PEDULI: Komandan Korem 073/Makutarama Kolonel Inf Purnomosidi dan istri Ny. Debby Purnomosidi menyerahkan bantuan untuk Kenan, seorang anak yang terkena stunting. (R Teguh Wibowo/Lingkarjateng.id)

PEDULI: Komandan Korem 073/Makutarama Kolonel Inf Purnomosidi dan istri Ny. Debby Purnomosidi menyerahkan bantuan untuk Kenan, seorang anak yang terkena stunting. (R Teguh Wibowo/Lingkarjateng.id)

REMBANG, Lingkarjateng.id – Komandan Korem 073/Makutarama Kolonel Inf Purnomosidi dan istri Ny. Debby Purnomosidi berkunjung ke anak asuh stuntingnya di Desa Kuangsan, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, pada Jumat, 6 Januari 2023.

Didampingi Wakil Bupati (Wabup) Rembang sebagai Ketua Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten, Mochamad Hanies Cholil Barro, Dandim 0720 Rembang, Letkol Czi Parlindungan Simanjuntak dan Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (Dinsos PPKB), Kolonel Inf Purnomosidi menemui Kenan anak berusia 13 tahun dari pasangan Munjainatul Nafis dan Febri Rudiansyah.

Mereka memberikan paket vitamin, susu, buah, dan uang tunai kepada keluarga Febri agar digunakan untuk pemenuhan asupan gizi si anak yang mengalami stunting atau gangguan tumbuh kembang.

Kolonel Inf Purnomosidi mengatakan bahwa TNI membantu pemerintah menekan angka stunting. Terlebih, Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Dudung Abdurachman dikukuhkan sebagai Duta Bapak Asuh Stunting Indonesia pada Juni 2022 lalu. 

Komitmen ikut membantu pemerintah ‘memerangi’ stunting juga ada pada jajaran di tingkat Korem sampai Kodim. Babinsa dalam hal ini menjadi ujung tombak yang bergerak membantu pemerintah menangani stunting.

“Kita apresiasi inovasi yang dilakukan oleh Pemkab Rembang, seperti ada TELPONI (TELPONI Stunting-red). Nyatanya prevalensi persentase 11,9 di bawah target nasional 14 persen di 2024. Harapannya tahun 2023 target tercapai di bawah 10, butuh kerja keras,” ujarnya.

Sementara itu, Wabup Hanies mengungkapkan bahwa tahun 2020 ada 24 persen kasus stunting kemudian per September 2022 sudah  turun menjadi 11,9 persen dan targetnya dibawah 10 persen tahun 2024 mendatang.

Penurunan stunting yang signifikan itu tak lepas dari pendamping keluarga, bidan desa, Babinsa. Ditambah program baru bernama TELPONI, singkatan dari Temokno, Laporno dan openi, yang dalam bahasa Indonesianya temukan, laporkan dan rawat anak yang terkena stunting.

“TELPONI Stunting ini upaya kita memetakan agar tidak ada lagi kasus baru. Kita masih 11,9 persen kalau angka sekitar 4.400 kasus. Di tahun ini, kita juga mempunyai 29 desa prioritas penanganan stunting, tahun kemarin 27 desa. Hasilnya cukup menggembirakan, semoga tahun ini hasilnya bisa bagus,” harapnya. (Lingkar Network | R Teguh Wibowo – Koran Lingkar) 

Exit mobile version