KAB. SEMARANG, Lingkarjateng.id – Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga diguncang gempa bumi sebanyak dua kali di jam 12.51 WIB dan 14.17 WIB pada Jumat, 8 November 2024.
Kepala Stasiun Geofisika (Stageof) Banjarnegara yang ada di Sleman, DI Yogyakarta, Hery Susanto Wibowo, menjelaskan dua titik gempa tersebut berada di wilayah berdekatan di Kabupaten Semarang.
“Gempa yang terjadi di jam 12.51 WIB ini merupakan gempa bumi tektonik, di mana dari hasil analisanya menunjukkan jika gempa bumi tersebut memiliki parameter magnitudo (M) sebesar M 2,8, dan sedangkan di jam 14.17 WIB ini sebesar M 2,6 tadi,” katanya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa episenter gempa bumi itu terletak pada koordinat 7.39° LS; 110.43° BT tepatnya di darat pada jarak 9 kilometer arah barat daya Kota Salatiga dengan kedalaman 9 kilometer.
Sementara untuk gempa susulan, episenter gempa bumi terletak pada koordinat 7.44 LS; 110.37 BT atau tepatnya di darat pada jarak 18 kilometer arah barat daya Kota Salatiga dengan kedalaman 12 kilometer.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi ini merupakan jenis gempa bumi dangkal, yang diakibatkan dari adanya aktivitas sesar aktif,” bebernya.
Titik gempa bumi yang masih masuk wilayah Dukuh Kali Duren, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, itu juga dirasakan oleh masyarakat di Kota Salatiga.
“Memang guncangan gempa bumi ini dirasakan di daerah Salatiga II-III MMI, artinya getaran yang dirasakan seperti ada truk yang melintas,” terangnya.
Herry menjelaskan bahwa dampak gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Semarang hanya berupa guncangan jika dilihat berdasarkan kedalaman dan kekuatan magnitudo.
“Gempa bumi semakin dangkal dengan magnitudo yang semakin besar, maka akan berpotensi lebih besar merusak. Namun, kalau melihat kondisi gempa bumi ini, dengan magnitudo yang relatif kecil dan kedalaman yang relatif dangkal, artinya dampaknya hanya guncangan yang dapat dirasakan banyak orang,” paparnya.
“Kami juga mengimbau untuk dapat menghindari bangunan yang retak atau rusak, yang diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah,” sambungnya.
Sementara itu, warga Kabupaten Semarang mengaku kaget dengan adanya gempa bumi yang mengguncang wilayah setempat.
Laras Bening Jiwaningtyas, warga Desa Batur, Kecamatan Getasan, mengaku getaran gempa bumi tersebut seolah-olah hendak merobohkan rumahnya. Terlebih, saat gempa terjadi, dirinya sedang berada di lantai dua rumahnya.
“Kayak mau rapuh semua, kayak mau rubuh gitu, terasa sekali guncangannya,” jelasnya. (Lingkar Network | Hesty Imaniar – Lingkarjateng.id)