Optimalisasi Rumah Pompa di Semarang Terganjal Sampah

B

MENGGENANG: Pengguna jalan nekat menerobos banjir di salah satu wilayah di Kota Semarang. (Dinda Rahmasari/Lingkarjateng.id)

SEMARANG, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terus menggencarkan mitigasi bencana dalam menghadapi musim penghujan. Salah satunya dengan memaksimalkan fungsi rumah pompa. Namun, optimalisasi rumah pompa saat ini masih terganjal dengan sampah.

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengungkapkan, sampah adalah masalah utama yang menghambat optimalisasi fungsi rumah pompa. Oleh karenanya, ia mengajak kepada seluruh masyarakat untuk selalu menjaga lingkungan.

“Sebetulnya ancaman dari sistem pompa kita adalah sampah. Karenanya, kita akan terus berkoordinasi dengan warga sekitar untuk melakukan pembersihan sampah yang menyumbat saluran air,” ujar Hendi, sapaan akrab Wali Kota Semarang, belum lama ini.

Hendi berharap, masyarakat ke depannya jadi lebih peduli dan tidak membuang sampah ke sungai. Sebab, jika ada banyak sampah di sungai bisa menyebabkan pompa tersumbat. Ketika hujan deras, pompa yang tersumbat tidak bisa bekerja secara maksimal hingga menyebabkan banjir.

Hendi memaparkan, ada 52 rumah pompa dengan 119 unit pompa yang terbagi ke dalam empat wilayah. Dengan rincian, 34 unit di wilayah timur, 11 unit di wilayah tengah I, 63 unit di wilayah tengah II, dan 11 unit di wilayah barat.

Berani Langgar Instruksi Wali Kota Semarang, Hendi Tak Segan Jatuhkan Sanksi

Namun, khusus yang berada di rumah pompa Muktiharjo Kidul, memiliki dua unit pompa dengan kapasitas masing-masing 1.500 liter per detik. Sehingga, total kapasitas 3.000 liter per detik. Sebab, kawasan tersebut sangat rawan banjir saat musim hujan.

Selain rumah pompa, pihaknya juga memaksimalkan fungsi dari embung pengendali banjir. Salah satu embung tersebut berada di Kelurahan Muktiharjo Kidul. Pengerukan sedimen juga dilakukan dibantu dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana.

“Embung Muktiharjo ini memiliki area seluas 4 hektar di mana tampungan yang dimiliki adalah 178.000 meter kubik. Harapannya daerah sekitar kolam retensi  genangannya bisa ditampung di Embung Muktiharjo Kidul ini, untuk selanjutnya masuk ke Kali Tenggang,” kata Hendi.

Orang nomor satu di Kota Atlas itu mengimbau kepada Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang untuk melakukan pembersihan dan pengerukan sampah di saluran air atau drainase. Hal itu dilakukan guna mengantisipasi terjadinya bencana banjir.

Begini Instruksi Wali Kota Semarang untuk Perayaan Nataru

“Pengerukan menggunakan alat berat juga dilakukan antara lain di Kali Sambiroto, saluran Taman Hasanudin, depan Rumah Sakit Wongsonegoro, saluran Jalan Gajah hingga Kali Seruni Tlogosari dan juga pengerukan di embung Muktiharjo Kidul,” jelasnya.

Menanggapi hal itu, Sekretaris BPBD Kota Semarang, Winarsono memaparkan, wilayah yang masuk dalam 16 titik tersebut. Titik paling banyak terdapat di Kecamatan Semarang Utara, titik rawan ada di Kelurahan Panggung Lor, Kelurahan Tanah Mas, Kelurahan Tanjung Mas, Kelurahan Bandarharjo, Kelurahan Kuningan

Selanjutnya di Kecamatan Tugu yang meliputi Kelurahan Mangunharjo, Kelurahan Mangkang Wetan, Kelurahan Mangkang Kulon. Kecamatan Ngaliyan, titiknya berada di Kelurahan Wonosari. Kecamatan Semarang Barat, meliputi Kelurahan Krobokan.

“Kemudian Kecamatan Pedurungan, titik rawan banjir ada di Kelurahan Muktiharjo Kidul. Kecamatan Semarang Timur, titik rawan banjir ada di Kelurahan Kemijen, Kelurahan Mlatiharjo,” ungkapnya.

Kecamatan Genuk, lanjutnya, juga masuk dalam wilayah yang rawan banjir. Selanjutnya Kecamatan Gayamsari titiknya ada Kelurahan Tambakrejo dan Sawah Besar. (Lingkar Network | Koran Lingkar Jateng)

Exit mobile version