SEMARANG, Lingkarjateng.id – Imbas kelangkaan minyak goreng, pedagang gorengan asal Semarang tidak bisa berjualan. Sumini, salah satu pedagang gorengan yang berada di Jalan Sri Rejeki Semarang sudah beberapa pekan berhenti berjualan karena langkanya minyak goreng.
Sumini mengatakan, sudah dua Minggu tidak berjualan disebabkan tidak ada minyak goreng. “Hampir dua Minggu tidak jualan, karena sulit mencari minyak,” ungkap Sumini pada Minggu (13/3).
Padahal Sumini beserta anak perempuannya, sudah berusaha mencari minyak, namun tidak ada jumlah minyak yang dibutuhkan untuk melanjutkan penjualan gorengan. Sumini mengaku, untuk jualan gorengan saja butuh 5 karton per dua liter.
Operasi Pasar Minyak Goreng di Kendal Dinodai Aksi Borong Pedagang hingga 0,55 Ton
Namun dirinya mengatakan, untuk dapat satu karton saja masih sulit apalagi harus lima karton. “Sudah berkeliling di berbagai toko tetap tidak ada, kalau ada pun hanya tinggal satu, itu pun cepat-cepatan,” ujarnya.
Sumini menjelaskan, dampak dari dirinya yang tidak berjualan mengharuskan untuk menghemat dalam membeli kebutuhan sehari-hari. “Selama tidak jualan sering makan bubur, soalnya tidak ada pemasukan untuk membeli kebutuhan,” keluhnya.
Dirinya menambahkan, hari ini merupakan jualan pertama kalinya, itu pun hasil dari hutang. Meskipun tak seberapa yang paling penting masih tetap berusaha untuk tetap berjualan. “Ya hutang, seperti tepung, bumbu dan yang lainnya juga sebagian hutang untuk lanjut berdagang,” lanjutnya.
Pedagang Rembang Disidak Jual Minyak Goreng di Atas HET
Sumini menjelaskan baru kali ini penjualan gorengan dirasa berhenti, pasalnya sejak jualan mulai tahun 1992, dirinya mengaku tidak pernah merasakan efek kelangkaan minyak. “Jualan mulai tahun 1992, ya masih di sekitar lokasi ini, baru kali ini merasakan, hingga tak bisa jualan gorengan,” keluhnya.
Sementara, Turmin salah satu pedagang martabak menjelaskan, sangat sulit mencari minyak goreng. Dirinya menyebut, jika memperoleh minyak goreng pun pasti dengan harga yang mahal. “Minyak goreng harganya naik turun, sekarang per dua liter mencapai Rp 38.000, bahkan sempat sampai Rp 46.000,” ucapnya. (Lingkar Network | Adimungkas – Koran Lingkar)