SEMARANG, Lingkarjateng.id – Kanal Kalibaru yang terletak di wilayah Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, menjadi saksi bisu kemajuan niaga di Kota Lumpia era kolonialisme Belanda.
Menurut Liem Thian Jo dalam bukunya Riwayat Semarang, Kanal Kalibaru diketahui mulai dibuat pada tahun 1873 dengan panjang 1.180 meter dan lebar 23 meter. Kanal tersebut dikerjakan pada tahun 1875.
Kanal Kalibaru merupakan pengganti jalur pelabuhan yang semula melewati Kali Semarang, atau yang saat ini disebut sebagai Boom Lama.
Dalam keterangan Liem, setelah dilakukan pembangunan Pelabuhan Kanal Kalibaru, perniagaan di Pelabuhan Semarang semakin meningkat.
Hal itu lantaran kapal-kapal besar sudah bisa bersandar, sedangkan kapal kecil dapat memasuki Kanal Kalibaru. Seiring berkembangnya kawasan ini, maka di sekelilingnya banyak didirikan gudang-gudang.
Namun, lambat laun Kanal Kalibaru juga mengalami pendangkalan, sehingga dilakukan pengerukan untuk menjaga kedalamannya pada tahun 1960-an silam.
Salah seorang warga Jepara yang merantau ke Semarang, Supriyatin, menyatakan bahwa ia masih melihat kapal keruk di Kanal Kalibaru saat datang ke Kota Lumpia.
“Saya datang ke Semarang dan menetap di Bandarharjo itu sejak tahun 1960-an, kapal masih bisa masuk ke kanal, dan karena dangkal ada kapal keruk itu,” ujarnya pada Rabu, 29 Januari 2025.
Kemudian, seiring berjalannya waktu, Kanal Kalibaru saat ini tampak seperti tak terawat. Hampir di sisi kiri dan kanan bantarannya ditumbuhi rumput liar, sedangkan air yang tersisa biasanya ditumbuhi eceng gondok meski pemerintah secara rutin membersihkannya.
Hal tersebut terjadi lantaran adanya pembangunan jalan arteri di bagian utara Kota Semarang sekira tahun 2000-an. Selain itu, kanal juga telah dibendung karena seringkali menjadi penyebab banjir.
“Jadi kanal itu dibendung, dan setahu saya itu yang bendung langsung dari nasional, bukan pemerintah kota, karena sering menjadi penyebab banjir,” ujar Eko, salah seorang warga Kalibaru Timur, saat ditemui di kediamannya, Rabu, 29 Januari 2025.
Meski demikian, Kanal Kalibaru tetap menjadi saksi bisu kejayaan Pelabuhan Kota Semarang di kancah internasional pada zaman dahulu, terutama pada masa Oei Tiong Ham sang saudagar opium.
Dengan sejarah tersebut, Eko yang merupakan warga Kampung Kalibaru Timur berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih terhadap Kanal Kalibaru.
“Ini kalau dirawat dan di remajakan bisa menjadi tempat wisata, dan tentunya warga sekitar akan mendapatkan dampak ekonominya,” tandasnya. (Lingkar Network | Syahril Muadz – Lingkarjateng.id)