SEMARANG, Lingkarjateng.id – Dico M. Ganinduto terus melakukan blusukan setelah dideklarasikan Partai Golkar dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menjadi Bakal Calon Wali Kota Semarang pada 11 Juli 2024 lalu. Di beberapa pusat perbelanjaan, pasar, pujasera, dan tempat kumpulan masa di Kota Semarang, Dico ternyata cukup populer, terutama di kalangan emak-emak.
Belum lama ini, saat Dico blusukan di Alun-alun Kauman Kota Semarang yang selalu ramai pedagang di setiap akhir pekan, banyak emak-emak penjualan maupun pengunjung yang memanggil namanya. Bahkan, salah satu pedagang memberikan hasil dagangannya untuk bisa dicicipi Bakal Calon Wali Kota Semarang itu secara gratis.
“Jangan, Bu, tetap saya bayar,” kata Dico sambil tersenyum.
Selain karena suami artis ternama Chacha Frederica, Dico juga memang sangat ramah ketika berjumpa dengan masyarakat hingga menjadi idola kaum emak-emak. Secara politik, ketenaran Dico di kalangan emak-emak itu menjadi kekuatan tersendiri.
Terkait kekalahannya pada hasil survei yang beredar, Dico menjelaskan bahwa pihaknya sedang mengadakan survei sendiri yang akan diumumkan pada 15 Agustus 2024 mendatang.
“Saya baru mulai terjun ke masyarakat dan blusukan 20 Juli 2024 lalu bersama Mas Gibran, meski sudah dideklarasikan sebelumnya, jadi kalau secara survei saya kalah ya wajar, apalagi periodenya saya baru memulai blusukan,” ujar Dico pada Rabu, 8 Agustus 2024.
Peta aslinya, kata Dico, baru bisa terlihat setelah hasil survei keluar minggu depan. Dico sendiri makin sering blusukan karena dengan cara tersebut menjadikan popularitasnya semakin tinggi.
Sementara itu, pengamat politik UIN Walisongo Semarang, Kholidul Adib, menyebut dukungan dari partai politik menjadi hal yang penting dan sangat vital untuk Dico bisa maju menjadi calon walikota.
Diketahui, saat ini baru ada dua partai yakni Golkar dan PSI yang menyatakan dukungan kepada Dico dengan total perolehan sembilan kursi dewan. Sehingga, kursi parlemen partai politik pengusung Dico di Pilwalkot Semarang saat ini masih kurang.
Menurut Kholidul Adib, jika tidak ada partai yang akan merapat, maka kader Partai Golkar itu tidak bisa mendaftar sebagai Calon Wali Kota Semarang.
“Nasib Dico yang baru diusung Golkar dan PSI baru sembilan kursi, gak aman. Dia harus gabung ke partai lain. Kalau enggak, Golkar dan PSI bisa tidak terlibat dalam proses Pilkada,” ujarnya.
Menurutnya, arah dukungan Gerindra sangat menentukan berapa poros atau berapa pasangan calon yang akan bertarung di Kota Semarang. Maka dari itu, peran partai berlogo garuda tersebut saat ini sangat besar.
“Kalau Gerindra sudah ke Yoyok yang belum lama ini sudah mendeklarasikan maju bakal calon wali kota dan mendapat dukungan 6 parpol, maka PSI dan Golkar kemungkinan besar juga akan ke Yoyok. Nah, sehingga ada dua poros KIM (Koalisi Indonesia Maju) plus pengusung Yoyok dan poros PDIP,” lanjutnya.
Yoyok Sukawi diketahui telah mendeklarasikan diri maju menjadi Bakal Calon Wali Kota Semarang dengan dukungan dari enam partai di antaranya Partai Demokrat, PKS, PKB, PAN, Nasdem, PPP.
Namun, jika pada akhirnya nanti Gerindra memutuskan berlabuh ke Koalisi Semarang Maju, maka kemungkinan Yoyok Sukawi akan melawan kandidat yang diusung PDIP.
“Cuma sampai hari ini lobi-lobi semua. Kalau terjadi dua poros sangat mungkin kalau upaya Yoyok melobi Gerindra berhasil. Kalau bergabung dengan Yoyok, berarti ada tujuh partai bergabung, total ada ada 27 kursi,” ungkap Adib.
Menurut dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Walisongo tersebut, saat ini dinamika politik di Kota Semarang masih sangat cair. Partai-partai yang ada di Kota Semarang masih intens menjalin komunikasi satu sama lain. (Lingkar Network | Rizky Syahrul Al-Fath – Lingkarjateng.id)