50 Rumah Terdampak Banjir Bandang di Banyubiru Semarang, Tanggul Jebol Ditambal Darurat

Rumah terdampak banjir bandang di Banyubiru Semarang

Sejumlah warga Dusun Ngendo, Desa Ngrapah, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, yang terdampak banjir bandang mulai kembali ke rumah untuk membersihkan material yang terbawa arus pada Rabu pagi, 11 Desember 2024. (Hesty Imaniar/Lingkarjateng.id)

KAB. SEMARANG, Lingkarjateng.id – Total 50 rumah di dua RT terdampak banjir bandang yang melanda Dusun Ngendo, Desa Ngrapah, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, akibat jebolnya tanggul Kali Klegung pada Selasa malam, 10 Desember 2024.

“Sebanyak 50 rumah yang terdampak ini total ada 72 kepala keluarga dengan total jumlah jiwa mencapai 249 orang,” beber Bupati Semarang Ngesti Nugraha saat meninjau lokasi terdampak banjir pada Rabu, 11 Desember 2024.

Ngesti menyebut bahwa banjir bandang itu menyebabkan kerusakan yang signifikan. Berdasarkan pantauan di lapangan, sejak Rabu pagi hingga sore, tim gabungan telah melakukan penanganan mulai dari penataan karung pasir, pembersihan material lumpur, hingga persiapan dapur umum, dan pembenahan tanggul.

“Dalam kejadian ini hanya ada dua orang yang mengalami luka ringan dan sudah langsung dapat penanganan. Sehingga hari ini sudah kembali ke rumah. Untuk korban jiwa tidak ada ya,” ucapnya.

Meski menjadi kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Ngesti menegaskan bahwa perbaikan tanggul Kali Klegung kini menjadi prioritas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang.

“Saat ini kami dulu yang akan tangani terlebih dahulu untuk pengamanan. Salah satunya yaitu dengan membuat penguatan sepanjang 30 meter dengan ketinggian nanti akan disesuaikan dengan tanggul,” jelas Ngesti.

Kendati demikian, ia tetap berharap BBWS bisa memperkuat tanggul itu. Sehingga penduduk setempat juga tidak dibayang-bayangi banjir bandang lagi.

Lebih lanjut, Ngesti mengatakan bahwa pihaknya juga akan memberikan bantuan jika ada kerusakan akibat banjir bandang tersebut.

“Kita akan lakukan assessment (penilaian, red) untuk menentukan kategori kerusakan, apakah rusak ringan, sedang, atau berat, dan nanti akan kita bantu,” ucapnya.

Ia juga mengimbau kepada masyarakat agar senantiasa waspada, mengingat curah hujan yang tinggi dan cuaca yang tidak menentu di Kabupaten Semarang masih terus terjadi.

“Ini penting tidak hanya untuk warga Dusun Ngendo tetapi juga wilayah lain di Kabupaten Semarang, kami harap untuk berhati-hati dan waspada selalu,” tegasnya.
Sementara itu, hingga berita ini ditulis, sejumlah alat berat masih berjibaku membersihkan wilayah yang terdampak banjir bandang.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Semarang, Bondan Marutohening, mengatakan bahwa berdasarkan hasil tinjauan, dewan menyoroti persoalan tanggap darurat bencana dan penanganannya.

“DPRD Kabupaten Semarang mendukung dan mengawasi apa yang jadi kebijakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang,” ungkap Bondan di lokasi terjadinya banjir bandang.

Menanggapi soal usia tanggul di Kali Klegung yang terbilang sudah cukup tua, Bondan menuturkan bahwa hal tersebut akan ditindaklanjuti setelah penanganan pasca-bencana rampung.

“DPRD harus mendiskusikan dulu dengan Pemkab Semarang maupun Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana untuk penangannya seperti apa. Karena memang kondisinya sungai itu lebih tinggi dibandingkan permukiman penduduk,” ungkapnya.

Untuk itu, pihaknya pun menilai bahwa penanganan lanjutan atas bencana ini sangat diperlukan. “Perlu analisa dulu untuk mengatasi jangka panjangnya,” tukas Bondan.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang Alexander Gunawan Tribiantoro menambahkan bahwa material yang dibawa arus banjir bandang malam itu dipenuhi dengan bebatuan dan lumpur.

“Kami masih terus berada di sini. Selain melakukan pembersihan juga melihat cuaca yang masih hujan. Kami harus waspadai kejadian yang sama dan optimalisasi pembersihan dusun yang terdampak ini,” jelasnya.

Dari pantauan di lapangan, sejumlah bebatuan material yang terbawa oleh banjir bandang memiliki ketebalan sekitar 50 sentimeter, berada di sepanjang 100 meter di permukiman warga.

“Sementara ini lokasi tanggul kami tutup dengan tanggul darurat dulu, dari kantong-kantong pasir,” kata Alex.

Meski demikian, Alex menegaskan nantinya akan tetap dibangun tanggul permanen. (Lingkar Network | Hesty Imaniar – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version