REMBANG, Lingkarjateng.id – Wakil Menteri Kebudayaan (Wamenbud), Giring Ganesha, melakukan kunjungan ke Lasem, ‘Tiongkok Kecil’ di Rembang, Jawa Tengah, Sabtu, 25 Januari 2025.
Kedatangan Giring ke Lasem turut didampingi sang istri Cynthia Riza. Giring meninjau sejumlah titik lokasi bersejarah, salah satunya di Kelenteng Cu An Kiong, Kelenteng tertua di Jawa. Kunjungan itu sekaligus untuk melakukan pendataan dan mengupayakan agar Kelenteng Cu An Kiong menjadi cagar budaya nasional.
Giring dan rombongan keliling melihat-lihat sudut-sudut kelenteng. Giring juga sempat melakukan ritual Ciam Si, yakni sebuah ritual tradisional warga Tiongkok, khususnya bagi penganut kepercayaan Taoisme dan Buddhisme .
Rombongan Wamenbud juga dipameri kesejarahan Budaya Tionghoa yang ada di Lasem oleh Agni Malagina sinolog dan periset Kebudayaan Tionghoa di Lasem. Mulai dari asal-usul Kelenteng Cu An Kiong itu sendiri hingga legenda kutukan marga Han.
Giring menerangkan bahwa kunjungannya ke Lasem dalam rangka napak tilas menjelang peringatan Tahun Baru Imlek 2576, yang jatuh pada Rabu 29 Januari 2025.
Menurutnya, Lasem merupakan bagian penting dari titik awal berkembangnya Tionghoa di tanah Indonesia. Giring menyebut, dahulu banyak Bangsa Tiongkok yang melakukan eksodus ke nusantara, terutama ke wilayah Lasem. Hal itu yang kemudian membuat banyak leluhur warga Indonesia berasal dari Cina.
“Kita di Lasem istilahnya seperti napak tilas menjelang Imlek. Kita tahu bahwa banyak nenek moyang kita yang dari Cina datang ke sini. Sebuah titik awal (Warga Tionghoa) di Pulau Jawa, menyebar ke seluruh Pulau Jawa,” ujar Giring saat diwawancarai usai keliling Kompleks Kelenteng Cu An Kiong, Sabtu, 25 Januari 2025.
“Sebentar lagi kan Imlek, kita tahu bahwa di Lasem adalah titik di mana nenek moyang kita yang dari Cina datang dan juga banyak berdagang di sini. Makanya bisa dilihat dari corak batiknya. Dan juga ini kita ada di Kelenteng Cu An Kiong yang bisa dibilang paling tua di Nusantara,” sambung Giring.
Kementerian Kebudayaan sedang mendata warisan budaya baik itu benda maupun tak benda yang ada di Lasem untuk diusulkan menjadi cagar budaya, sehingga kelestariannya bisa tetap terjaga dan tidak punah.
“Saya rasa kami dari Kementerian Kebudayaan harus bisa melestarikan semua cagar-cagar budaya, warisan cagar budaya tak benda yang ada di sini. Sedang kita data, nanti saya pulang ke Jakarta akan langsung ngobrol dengan dirjen terkait untuk bagaimana mempercepat itu semua,” tegas Giring.
“Jadi saya juga sudah ngobrol dengan ibu Manggar Kepala BPK (Balai Pelestarian Kebudayaan) di sini, dari tahun 2019 bahwa kelenteng ini sudah diusahakan menjadi cagar budaya nasional. Kita akan mengusahakan semaksimal mungkin agar bisa kejadian di bawah arahan dari Pak Menteri Fadli Zon,” imbuh Giring.
Sementara itu Agni Malagina, sinolog sekaligus periset Kebudayaan Tionghoa di Lasem berharap pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan mendukung proses upaya pelestarian di seluruh Kabupaten Rembang, bukan hanya di Wilayah Kecamatan Lasem.
“Kami berharap sebenarnya Kementerian Kebudayaan juga selalu mendukung upaya pelestarian di Kabupaten Rembang, tidak hanya Lasem tapi Kabupaten Rembang. Dan juga kami berharap proses menuju kawasan cagar budaya nasional ini bisa dilanjutkan dan tentunya dengan harapan bisa membawa manfaat untuk masyarakat luas di sini,” tutur Agni.
“Untuk kelenteng ini sudah menjadi cagar budaya peringkat kabupaten. Jadi memang usaha menuju kawasan cagar budaya nasional kan harus ada beberapa situs atau bangunan yang dicagarbudayakan, maka kelenteng dan beberapa tempat lainnya yang mempunyai nilai penting baik itu sejarah, budaya, ilmu pengetahuan dan seterusnya, setelah dicagar-budayakan oleh Pemerintah Kabupaten Rembang dalam rangka menuju proses kawasan cagar budaya nasional,” sambung Agni. (Lingkar Network | Lingkarjateng.id)