PATI, Lingkarjateng.id – Nasib petani di Kabupaten Pati yang bercocok tanam di lahan tadah hujan sangat memprihatinkan. Di awal musim kemarau ini, banyak petani tak bisa panen lantaran sawahnya kering.
Seperti yang dialami petani asal Desa Kebowan, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati, Marijan (65). Ia mengaku kesulitan bertani di lahan tadah hujan. Sebab tanaman padi miliknya tak tumbuh maksimal.
“Pertumbuhan padi radak kurang (agak kurang, red), soale niki sampun radak kering (soalnya ini sudah agak kering, red),” ujarnya Rabu (5/6).
Di musim tanam (MT) 2 ini, Marijan tidak bisa memanen tanaman padinya dengan maksimal. Padahal, hasil panen di sawahnya ketika ada hujan dapat menghasilkan 20 karung. Namun, di awal musim kemarau ini hasil panennya menurun drastis.
“Nak wonten air e niku biasane angsal 20 sak, nak mboten wonten air e ngeten niki angsal 10 sak (Kalau ada airnya biasanya dapat 20 sak, tapi jika tidak ada airnya seperti ini dapat 10 sak, red),” jelas Marijan.
Akibat kurangnya suplai air, batang padi menjadi rapuh dan biji padi menjadi tidak berbobot. Bahkan, juga bisa mengakibatkan gagal panen.
Hal itu ternyata dialami sebagian petani di Desa Kebowan. Parnyo (56), yang juga warga Desa Kebowan, mengeluh lantaran padi miliknya tidak berbobot.
“Mboten isa ngisi lha ora enek banyune, garing, gagal (tidak bisa mengisi karena tidak ada airnya, red),” ucapnya.
Parnyo menceritakan, Kamis (16/05) lalu, tetangganya panen. Namun hasil panennya tidak sebanding dengan ongkos dan jerih payahnya. Ia hanya mendapatkan gabah tiga karung.
“Gabah sesak iku namung pirang kilo, ngko terus opahe paling ora 200 lebih (gabah 1 sak itu hanya beberapa kilo, nanti terus ongkosnya paling tidak 200 lebih, red),” imbuhnya.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati, Niken Tri Mainingrum membenarkan bahwa bertani di lahan tadah hujan sangat mengandalkan air hujan. Di Pati sendiri, lahan tadah hujan banyak ditemukan Kecamatan Winong.
“Yang namanya sawah tadah hujan, dia kan air sumbernya air hujan mengandalkan air hujan. Kalau kondisi sekarang tidak ada hujan nggeh memang sulit. Tapi ada mungkin beberapa wilayah yang mengusahakan dengan sumur-sumur,” jelasnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Lingkarjateng.id)