PATI, Lingkarjateng.id – Petani kopi robusta di Pegunungan Muria, Dukuh Segawe, Desa Klakahkasihan, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati sedang menikmati harga kopi yang melonjak tinggi.
Saat ini, harga kopi di tingkat petani mencapai Rp 75 ribu per kilogram. Oleh karena itu, para petani di Kabupaten Pati memanen buah kopinya lebih awal meskipun buahnya masih hijau.
Ketua Kelompok Tani Segawe Lumintu Mberkahi, Joko Prasetyo mengatakan bahwa pada tahun 2022, harga kopi hanya berkisar antara Rp 25 ribu hingga Rp 28 ribu per kilogram.
“Mulai awal tahun 2023, harga kopi di tingkat petani terus merangkak naik hingga menyentuh harga tertinggi mencapai Rp 31 ribu hingga Rp 33 ribu per kilogram. Itu pun untuk harga kopi yang biasa saja, bukan yang paling bagus,” ujarnya di Pati pada Senin, 5 Agustus 2024.
Kemudian, lanjut dia, di awal 2024 harga kopi di Kabupaten Pati menyentuh angka Rp 50 ribu per kilogram. Harga tersebut terus melonjak hingga pertengahan 2024 ini tembus Rp 75 ribu per kilogram.
“Bulan Januari dan Februari kemarin, harga kopi awalnya Rp 50 ribu per kilogram. Terus merangkak naik. Naik terus sampai puncaknya kemarin tembus kisaran harga Rp 73 ribu sampai Rp 75 ribu per kilogram,” ucap Joko.
Ia menyebut, tingginya harga kopi saat ini membuat petani terpaksa memanen lebih awal. Hal itu dilakukan untuk mengejar tingginya harga jual, walaupun buah kopi masih hijau.
“Ini masih hijau buah kopinya kita petik karena untuk mengejar harga yang tinggi saat ini. Takutnya di bulan-bulan tertentu nanti harganya turun,” jelasnya.
Di sisi lain, panen dini yang dilakukan para petani juga dilakukan untuk mengantisipasi aksi pencurian buah kopi di kebun. Petani takut buah kopi miliknya dihabiskan pencuri.
“Kita juga takutnya dipanen duluan sama pencuri. Harga kopi yang tinggi saat ini sangat rawan aksi pencurian kopi di kebun,” imbuhnya.
Mahalnya harga kopi jenis robusta di Pegunungan Muria Pati saat ini dipengaruhi stoknya yang kian menipis lantaran kopi dari petani langsung dijual dan tidak ditimbun. Hal itu diakibatkan cuaca panas tinggi yang berdampak pada menurunnya produktivitas kopi.
“Untuk kondisi stok kopi saat ini kurang karena kemarin itu ‘kan kemaraunya panjang. Hujan belum ada turun, akibatnya hasil kopi berkurang,” tuturnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Lingkarjateng.id)