Distapang Pati Dorong Optimalisasi Lumbung Pangan

Distapang di Lumbung Pangan

MENINJAU: Sutoto, Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan bersama Hartoyo, Kepala Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan melaksanakan monitoring Lumbung Pangan yang berada di Desa Jatiroto, Kecamatan Kayen didampingi oleh Kasmijan selaku Ketua Kelompok Tani. (Ika Tamara Dewi/Lingkarjateng.id)

PATI, Lingkarjateng.id – Dinas Ketahanan Pangan (Distapang) Kabupaten Pati diwakili oleh Sekretaris Dinas, Sutoto didampingi Kepala Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan, Hartoyo melaksanakan monitoring Lumbung Pangan yang berada di Desa Jatiroto, Kecamatan Kayen.

Melalui kunjungan tersebut Sutoto menyampaikan bahwa, selain melaksanakan monitoring cadangan makanan, pihaknya juga mengajak kelompok tani untuk ikut serta dalam menyukseskan rencana pembangunan TTIC (Toko Tani Indonesia Centre) yang diinisiasi oleh Distapang sebagai penampung hasil produk petani.

“Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pati berencana membuat TTIC atau Toko Tani Indonesia Centre yang nanti diharapkan dapat memutus mata rantai tengkulak, sistem dari TTIC nanti membeli langsung ke petani,” tutur Sutoto.

Panen Raya MT I, Bupati Demak Minta Petani Mandiri dan Tangguh

Menanggapi hal baik dari Dinas Ketahanan Pangan (Distapang) Kabupaten Pati, Kasmijan selaku Ketua Kelompok Tani menyambut dengan senang hati. Ia berharap dengan adanya TTIC nanti dapat menjadi salah satu pintu untuk meningkatkan kesejahteraan para petani.

Disisi lain, Hartoyo mengungkapkan bahwa pihaknya memiliki cita-cita agar semua Desa di Kabupaten Pati bisa memiliki Lumbung Pangan. Sampai saat ini di Kabupaten Pati telah ada 40 Lumbung Pangan yang tersebar di berbagai Kecamatan yang merupakan bantuan dari Pemerintah, mulai dari lumbung pangan hingga lantai jemur.

“Saat ini para petani sudah diberikan kesempatan untuk mendirikan Badan Usaha atau yang disebut BUMP atau Badan Usaha Milik Petani. Disitu nanti akan ada pengaturan administrasi dan penyertaan modal bagi petani. Nanti ada 2 bentuk yaitu berbentuk PT atau bentuk Koperasi. Kalau bisa berjalan, para petani bisa lebih sejahtera dan petani akan lebih banyak mendapat manfaat,” tuturnya.  

Petani Desa Laban Kendal Gelar Tradisi Tingkepan Pari sebagai Rasa Syukur

Hasil dari monitoring di Desa Jatiroto, Kecamatan Kayen didapati memiliki 2 Masa Tanam (MT) karena menggunakan model irigasi tadah hujan. Dari hal itu diketahui adanya pergeseran budaya petani untuk daerah Pati Selatan yaitu dalam hal penggunaan Lumbung Pangan. Para petani pada MT (Masa Tanam) pertama menjual hampir 90 persen hasil pertaniannya.

“Semua hasil panen di MT 1 sebanyak 90 persen dijual, akhirnya Lumbung Pangan tidak terlalu berfungsi. Ada isinya namun hanya sedikit. Para petani butuh uang untuk membayar hutang-hutangnya. Nanti petani bisa menikmati hasil pada MT 2 pada bulan ini. Panennya sekitar bulan Mei sampai Juni. Barulah disitu Lumbung berperan untuk tempat penyimpanan hasil dari pertanian,” jelasnya.

Lebih lanjut, Hartoyo juga menemukan kenyataan di lapangan bahwa pada saat MT 1 hasil pertaniannya hampir 90 persen dijual ke luar daerah. Beberapa daerah yang mendapat suplai beras dari Pati Selatan yaitu Demak, Lamongan dan lain-lain.

Ketum PETANI Minta Anggaran Pupuk Subsidi Dialihkan

“Yang jelas secara makro semua hasil panen MT 1 dijual ke luar daerah semua,” tuturnya.  

Melihat fenomena tersebut, Hartoyo berharap Pemerintah Desa dapat lebih tanggap dengan memberikan edukasi kepada para petani untuk kembali memaksimalkan fungsi dari Lumbung Pangan. Sebab, menurutnya cadangan pangan sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat.

“Ketersediaan Lumbung Pangan sangat penting bagi masyarakat. Hal tersebut merupakan tanggung jawab dari Pemerintah Desa. Jadi, harapannya Pemerintah Desa yang telah memiliki Lumbung Pangan dapat mengoptimalkan fungsi dari Lumbung Pangan itu sendiri,” ungkapnya. (Lingkar Network | Ika Tamara Dewi – Koran Lingkar)

Exit mobile version