PATI, Lingkarjateng.id – Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Semarang, Jawa Tengah mengajak puluhan ibu-ibu Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK), pelaku UMKM, dan Gabungan Organisasi Wanita (GOW) untuk mengurangi penggunaan zat makanan berbahaya.
Bertempat di aula Kantor PKK Kabupaten Pati, puluhan anggota PKK dan UMKM diberikan sosialisasi sekaligus edukasi terkait Gugah UMKM Resik Saking Bahan Berbahaya (Gumregah Plus), Rabu, 21 Agustus 2024.
Kepala BBPOM Semarang melalui Ketua Tim Komunikasi dan Edukasi, Novi Eko Rini, mengatakan sosialisasi ini sangat penting. Sebab masih ditemukan produk UMKM yang mengandung zat makanan berbahaya, khususnya terasi rebon yang merupakan produk UMKM unggulan Pati.
Pelaku UMKM Terasi Pati Dibekali Bimtek Cara Produksi Olahan Pangan yang Baik dari BBPOM Semarang
Konsumsi makanan dengan kandungan bahan berbahaya dikhawatirkan berdampak buruk pada kesehatan masyarakat, terutama anak-anak.
“Tujuannya adalah menurunkan bahan makanan berbahaya pada makanan unggulan di masing-masing kota. Karena itu berpengaruh pada kesehatan jika dikonsumsi,” ujarnya.
Cara melihat apakah produk tersebut berbahaya atau tidak, sambung Novi, adalah dengan melihat kemasan produk yang tertera izin edar atau lisensi resmi dari BPOM. Jika tidak terdaftar, diimbau agar masyarakat tidak mengonsumsi produk tersebut.
Gandeng Pemkab Pati, BPOM Jateng Tekan Penggunaan Rhodamin B pada Produk Terasi
Selain itu, makanan yang mengandung bahan berbahaya juga bisa dilihat dari segi harga yang lebih murah. Sebab harga murah tak menjamin kualitas produk itu benar-benar baik atau tidak.
“Izin edar juga kita cek, benar atau palsu. Ini penting kami ingatkan agar masyarakat mengonsumsi produk yang aman. Kalau ada diskon makanan harus curiga, ada apa kok murah. Padahal kadaluwarsanya masih lama, ternyata bahannya berbahaya. Jangan hanya melihat itu murah,” terang Novi.
Ia juga berharap para pelaku UMKM terasi yang telah mendapatkan pelatihan dari BBPOM bisa meninggalkan bahan makanan berbahan bahaya, seperti Rhodamin B.
Peran ibu-ibu PKK di masing-masing kecamatan juga diminta bisa menjadi pionir dalam pengawasan produksi terasi.
“Kita sudah intervensi ke daerah-daerah. Alhamdulilah sekarang sudah berlatih ke pewarna makanan. Tetapi ada juga yang masih ngeyel. Harapannya ibu-ibu bisa melihat makanan yang mengandung bahan berbahaya. Ibu-ibu mendapatkan ilmu dan ditularkan ke banyak orang bisa disosialisasikan di acara-acara di desa,” tandasnya. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Lingkarjateng.id)