Februari 2022, Inflasi Kudus 0,06 Persen

Inflasi di Kudus

Ilustrasi: Pedagang Minyak Goreng Tengah Mengecek Stok Minyak Goreng di Pasar Bitingan. (Alifia Elsa Maulida/Lingkarjateng.id)

KUDUS, Lingkarjateng.id – Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus mencatat inflasi kabupaten Kudus pada Februari 2022, sebesar 0,06 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 107,20.

Inflasi terjadi karena ada kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,74 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,15 persen, kelompok transportasi sebesar 0,08 persen, dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,03 persen.

Selain itu, kenaikan harga juga terjadi pada kelompok kesehatan sebesar 0,98 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,63 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,38 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran sebesar 0,06 persen, dan kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,05 persen.

Tekan Inflasi, Dorong Budidaya Bawang Merah di Kabupaten Sragen

“Tingkat inflasi tahun kalender februari 2022 sebesar 0,83 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (februari 2022 terhadap februari 2021) sebesar 1,95 persen,” ungkap Kepala BPS Kabupaten Kudus, Rahmadi Agus Santosa pada Kamis (3/03).

Rahmadi menyampaikan pada Februari 2022, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga meliputi bawang merah, obat dengan resep, cat tembok, sabun mandi, dan rokok kretek filter. Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain minyak goreng, telur ayam ras, beras, daging ayam ras, dan cabai rawit.

“Februari 2022 ini, dari 11 kelompok pengeluaran, 9 kelompok memberikan andil atau sumbangan inflasi, 1 kelompok memberikan andil atau sumbangan deflasi dan 1 kelompok stabil terhadap inflasi Kota Kudus,” jelasnya. Pada makanan, minuman, dan tembakau di Februari 2022, mengalami deflasi sebesar 0,70 persen atau terjadi penurunan indeks menjadi 108,43.

Sub kelompok pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi yaitu sub kelompok makanan sebesar 1,08 persen, dua sub kelompok lainnya mengalami inflasi yaitu minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,30 persen, dan sub kelompok rokok dan tembakau sebesar 0,76 persen.

“Penurunan harga minyak goreng menjadi penyumbang andil utama penurunan indeks harga pada kelompok ini. Sedangkan tahu mentah mengalami kenaikan harga karena dipicu oleh naiknya harga bahan baku tahu, yaitu kedelai,” tandasnya. (Lingkar Network | Alifia Elsa Maulida – Koran Lingkar)

Exit mobile version