JEPARA, Lingkarjateng.id – Para pengrajin ukir kayu di Jepara mengaku kesulitan menemukan generasi penerus karena menjamurnya industri baru di Kabupaten Jepara yang lebih memikat kaum muda.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Jepara Zamroni Lestiaza melalui Kepala Bidang (Kabid) Perindustrian Dhaula Patta Raya mengatakan, faktor kurangnya minat generasi muda karena mereka lebih berminat untuk bekerja di pabrik.
Padahal, kehadiran industri padat karya tersebut meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dapat menekan pengangguran. Namun, ada faktor minusnya yaitu regenerasi pengukir terancam.
“Setelah Covid, memang mengalami perkembangan industri baru, namun serapan tenaga kerja di sektor furniture maupun relief dan patung kini menjadi susah,” kata Dhaula.
Selain industri tekstil tahun 2023 lalu, ada juga 48 industri rokok baru yang hadir di wilayah Kabupaten Jepara.
Salah satu pengrajin di Sentra Kerajinan Relief Senenan Sarjo (60) membetulkan terjadi pergeseran minat bagi kalangan muda yang lebih memilih bekerja di pabrik.
“Kami khawatir dengan kelangsungan generasi dengan kemampuan mengukir yang handal. Seiring dengan peluang bekerja pabrikan yang bisa dilakukan secara ringkas,” kata Sarjo.
Ia mengaku, mungkin salah satu faktor pergeseran minat anak muda tersebut, dikarenakan mengukit membutuhkan ketelitian, keuletan dan juga kesabaran. Sedangkan, bekerja di pabrik lebih praktis daripada mengukir. Untuk menyelesaikan satu relief saja bisa membutuhkan waktu dua sampai tiga bulan.
“Kalau bekerja di pabrik sebulan saja sudah bisa terima bayaran. Tidak heran, jika para generasi penerus lebih memilih kesana,” tambahnya. (Lingkar Network | Muhammad Aminudin – Lingkarjateng.id)