Gandeng Stakeholder Tuntaskan 17.065 Anak Jepara Tidak Sekolah

BUPATI DAN ANAK TIDAK SEKOLAH

PENDAMPINGAN: Bupati Jepara, Dian Kristiandi saat mengundang belasan anak putus sekolah ke Pendapa RA Kartini Jepara untuk mendapatkan pendampingan khusus, Selasa (7/12). (Adhik Kurniawan / Lingkarjateng.id)

JEPARA, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara menargetkan, empat tahun ke depan 17.065 anak tidak sekolah bisa masuk bangku pendidikan kembali. Pemkab akan mendorong seluruh stakeholder baik swasta maupun pemerintah untuk menyukseskan tugas sembilan tahun belajar.

Hal tersebut disampaikan Bupati Jepara, Dian Kristiandi. Menurutnya, itu merupakan langkah strategis yang akan diambil Pemkab Jepara dalam memprioritaskan program pendidikan dan penanganan anak tidak sekolah. Namun, pihaknya tetap mengutamakan peran pemerintah sebagai ujung tombak.

“Kita akan menggandeng pihak swasta dalam rangka untuk menyalurkan CSR (Corporate Social Responsibility). Akan kita prioritas ke sana, penyaluran (CSR) untuk pendidikan,” kata Andi, sapaan akrab bupati, Selasa (7/12).

Miris, 17.065 Anak di Jepara Tidak Sekolah

Andi menjelaskan, langkah strategis tersebut akan diawali dari yang paling rendah, yakni Pemerintah Desa (Pemdes) yang mengawasi lingkungan di desanya.

“Memang benar tidak semata-mata anak tidak sekolah itu karena biaya. Jadi untuk faktor lain seperti sosial dan psikologis kita menggandeng petinggi desa. Mereka yang paling tahu lingkungan si anak itu. Jadi disampaikan inventarisasi persoalan ke kita atau dinas terkait untuk penanganan lebih lanjut,” jelas Andi.

Selain itu, Andi menyebut pendidikan sangat diperlukan untuk tumbuh kembang setiap orang. Dirinya mencontohkan, pengaruh teknologi yang tidak diimbangi dengan pengetahuan bisa berbahaya.

“Khawatirkan, seperti anak PAUD misal, bisa mengoperasionalkan handphone. Tapi kalau tanpa landasan pendidikan bisa berdampak cukup bahaya,” terang Andi.

Diketahui, Selasa (7/12) pagi, belasan anak putus sekolah diundang ke Pendapa RA Kartini Jepara. Mereka berasal dari Desa Nalumsari, Desa Tubanan, Tegal Sambil, dan Desa Tulakan. Mereka akan mendapatkan pendampingan khusus untuk bisa kembali bersekolah. Belasan anak tersebut, putus sekolah dengan berbagai alasan dan masalah. Ada yang karena masalah ekonomi tidak bisa melanjutkan ke jenjang SMP setelah lulus SD. Ada juga yang baru duduk di kelas empat SD, sudah putus sekolah dan menjadi anak jalanan. (Lingkar Network | Koran Lingkar Jateng)

Exit mobile version