JEPARA, Lingkarjateng.id – Universitas Diponegoro (Undip) Jepara membudidayakan nila salin menggunakan air payau. Ikan nila salin memiliki rasa yang lebih gurih dibandingkan dengan nila yang dibudidayakan dengan air tawar karena kadar garamnya yang tinggi.
Lokasi Undip Jepara yang berada di pesisir Pantai Telukawur, Kecamatan Tahunan, ini sangat cocok untuk membudidayakan ikan salin.
Direktur Science dan Techno Park Undip, Prof. Dr. I Nyoman Widiasa, S.T., M.T., menyampaikan bahwa ikan nila jenis ini merupakan primadona bagi kalangan pembudidaya ikan konsumsi, sebab ikannya banyak diminati oleh masyarakat.
Lebih lanjut, Nyoman menjelaskan untuk membudidayakan ikan nila salin, modal yang dibutuhkan lebih terjangkau, perawatannya mudah, dan masuk dalam kategori ikan yang memiliki daya tahan yang kuat.
Ia menyebutkan air yang digunakan dalam pengembangbiakan ikan tersebut menggunakan bekas air dari tambak udang Vaname yang juga dikelolanya.
“Secara konsumsi kita kan familiar dengan ikan nila. Nila Salin ini di integrasikan menggunakan air tambak udang. Sebab, nutrisi dari air tersebut dijadikan sebagai pakan alami untuk nila salin. Sehingga limbahnya bermanfaat,” kata Nyoman.
Menurutnya, budidaya nila salin juga lebih ramah terhadap lingkungan karena bisa mengurangi beban ekosistem lokal dan dampak dari budidaya ikan air tawar di sekitar.
“Secara bibit memang paling mudah diperoleh. Jadi, masyarakat yang ada di pesisir pantai bisa mencontoh daripada budidaya Nila Salin ini, baik untuk menambah penghasilan maupun dikonsumsi sendiri,” tambahnya.
Kendati demikian, budidaya ikan nila salin ini, terang Nyoman, membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan budidaya nila air tawar. Sebab, perlu adanya proses penyesuaian hingga pemberian makanan secara alami menggunakan limbah dari tambak udang vaname.
“Setelah 6 bulan, baru nila salin kami pindahkan ke tambaknya, dengan memberikan pakan tambahan dalam proses penggemukannya,” imbuhnya.
Meski membutuhkan waktu yang lebih lama, nila salin memiliki karakteristik daging yang lebih gurih karena memiliki kadar garam yang lebih banyak. Tekstur dagingnya juga lebih kenyal dan memiliki warna yang lebih putih dari nila yang dipelihara di air tawar.
“Nila salin memang memiliki daging yang lebih gurih dibanding dengan nila biasa. Dan itu terbukti dari masyarakat Telukawur yang kemarin ikut merasakan hasil panen kami,” imbuhnya.
Melalui budidaya nila salin ini, pihaknya pun telah menggandeng beberapa stakeholder di Jepara. Baik dari masyarakat Telukawur, Pemerintah Desa, maupun Pemerintah Kabupaten Jepara.
Dengan harapan, masyarakat sekitar mampu memanfaatkan lahan yang ada di sekitar pesisir. Sehingga kedepannya, tercipta lapangan kerja baru seperti budidaya, pengolahan, dan pemasaran ikan.
“Masyarakat bisa memanfaatkan lahan yang dimiliki, mesikup kecil. Aneh rasanya kalau masyarakat yang hidup di pinggir laut tapi malah beli, harusnya berbudidaya sendiri. Sehingga ikut andil dalam pengentasan kemiskinan, dan stunting di Jepara,” pungkasnya. (Lingkar Network | Muhammad Aminudin – Lingkarjateng.id)