Pemkot Semarang Kembangkan Wisata Bahari Tambaklorok

BEBAS 1

BERLABUH: Perahu nelayan yang akan sandar di Tambaklorok, Semarang, belum lama ini. (Dinda Rahmasari/Lingkarjateng.id)

SEMARANG, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang melalui Dinas Perikanan terus berupaya mengembangkan wisata bahari. Salah satunya dengan membuat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sementara di Tambaklorok.

Kepala Dinas Perikanan Kota Semarang, Nurkholis mengungkapkan, TPI sementara tersebut bisa digunakan untuk bersandar perahu wisata. Sehingga pengunjung yang ingin menikmati keindahan laut Ibu Kota Jawa Tengah bisa melalui tempat tersebut.

“Baik dari perahu nelayan lokal Semarang, maupun perahu andon atau nelayan dari luar Kota Semarang. Saat ini di sana, sudah ada yang mengembangkan wisata bahari seperti Kelompok Camar, yang memfasilitasi wisatawan lokal untuk  berkeliling naik perahu,” ujarnya, Minggu (19/12).

Selain bisa menarik minat wisatawan luar kota, keberadaan TPI sementara juga diharapkan mampu mendongkrak perekonomian nelayan setempat. Mengingat dalam masa pandemi Covid-19 hampir seluruh sektor terdampak.

Tonjolkan Seni Edukasi dan Budaya, Desa Gondosari-Kudus Jadi Rintisan Desa Wisata

“Otomatis adanya wisata bahari ini bisa menambah pemasukan bagi nelayan dengan memfasilitasi dari sisi wisatanya membawa wisatawan lokal. Minimal untuk wisata pemancingan, dan ada juga wisata mangrovenya,” jelasnya.

Nurkholis menuturkan, wilayah tersebut akan terus dikembangkan untuk wisata bahari. Akan ada objek-objek wisata baru jika sudah ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun dari luar kota.

“Bahkan, jika sudah ramai dikunjungi, nanti juga membutuhkan semacam resto-resto di pinggiran pantai atau di tempat wisata mangrovenya. Atau di spot rumponnya atau bagan ikan itu bisa menjadi tempat wisata juga,” harapnya. 

Lebih lanjut, ia mengatakan, ke depannya TPI Sementara Tambaklorok bisa menampung nelayan andon dari luar kota. Mengingat, Ibu Kota Jawa Tengah adalah salah satu tempat transit untuk beberapa nelayan dari kota lain.

“Karena Semarang adalah kota transit bagi para nelayan dari Demak dan sekitarnya untuk bisa menjual hasil tangkapan ikannya di sini. Ini juga menambah PAD bagi pemerintah kota Semarang,” paparnya.

Desa Wisata Sumberbulu-Karanganyar Rancang Suvenir dari Batik Tulis

Selain pengembangan wisata bahari, Pemkot Semarang juga terus berupaya meningkatkan kesejahteraan nelayan kecil dan tradisional. Sebelumnya Kepala Seksi Pemberdayaan Nelayan Kecil Dinas Perikanan Kota Semarang, Bambang Sujono mengungkapkan salah satu upaya untuk mendukung hal tersebut dengan memberikan premi asuransi.

Seluruh nelayan di Kota Semarang yang berjumlah 1.148 orang diusulkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah untuk mendapatkan bantuan itu. Kendati demikian dari jumlah yang diusulkan, 102 di antaranya tidak bisa mendapatkan bantuan. Hal itu dikarenakan usia mereka sudah di atas 60 tahun.

Sebanyak 1.046 nelayan tersebut, lanjut Bambang, mendapatkan premi asuransi masing-masing sekira Rp 170.000 per tahun. Namun bantuan itu merupakan premi tunggal saja. Sehingga pihaknya berharap pada tahun berikutnya para nelayan bisa membayar asuransi secara mandiri.

“Itu berlaku baru setahun, muncul November lalu. Setelah itu, harapannya mereka sadar bahwa pekerjaan mereka berisiko. Rp 170.000 per tahun kan tidak mahal. Jika dihitung per hari Rp 500,” ungkapnya.

Ia menjelaskan beberapa manfaat yang akan didapat nelayan bila ikut asuransi. Salah satunya nelayan bisa mendapatkan klaim jika terjadi kecelakaan atau meninggal dunia. Hal itu tidak hanya berlaku ketika bekerja saja, namun juga di luar pekerjaan.

“Hanya, klaim berbeda antara posisi kerja dan alamiah. Jika terjadi sesuatu saat posisi kerja, tentu klaim akan lebih tinggi,” tutupnya. (Lingkar Network | Koran Lingkar Jateng)

Exit mobile version