Tujuh Kabupaten Jawa Tengah Kebagian Program Breakthrough dari Kementerian ESDM

kirian1 3

Kementerian ESDM

KARANGANYAR, Lingkarjateng.id – Kementerian ESDM melalui Pertamina melakukan penelitian pencitraan lapisan dan struktur bawah permukaan bumi. Pekerjaan yang diberi nama program Breakthrough ini dilakukan pada area di bawah lapisan batuan vulkanik di sepanjang wilayah di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Di Jawa Tengah sendiri, program Breakthrough yang dijalankan Pertamina dilakukan di 7 kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Boyolali, Sragen, Karanganyar, Grobogan serta Blora. Di Karanganyar, program Breakthrough akan dilakukan di Desa Tuban, Kecamatan Gondangrejo.

Senior Manager Exploration Operation, Farid Rochmadianto mengatakan, penelitian pencitraan lapisan dan struktur bawah permukaan di Jawa Tengah telah berlangsung akhir Oktober 2021 sampai Februari 2022. Sebelumnya kegiatan itu berlangsung di Jawa Barat.

Secara keseluruhan nantinya, program Breakthrough ini akan menggunakan anjang jalan hingga 1000 kilometer mulai dari Ciamis di Jawa Barat hingga Situbondo, Jawa Timur, melewati 29 kabupaten/kota dari Jawa Barat hingga Jawa Timur.

“Di Karanganyar, tim kami melakukan sosialisasi dan pengambilan citra permukaan selama dua pekan. Sosialisasi mulai tingkat kabupaten, kecamatan, desa sampai ke rumah yang akan dilewati. Tujuannya memitigasi permasalahan,” kata Farid Rochmadianto saat Sosialisasi Survey Kebumian  2D Vibroseis Sub-Vulkanik Jawa untuk Pencitraan Struktur Bawah Permukaan di Ruang Anthurium, rumah dinas Bupati Karanganyar, Jumat (12/11).

Disampaikan Farid, survei kebumian menggunakan mobil vibroseis dan smart solo. Mobil vibroseis menjadi sumber gelombang dan smart solo untuk menangkap gelombang yang dihasilkan mobil tersebut.

“Ada 10 unit mobil vibroseis yang akan diturunkan,” kata Farid.

Farid tak memungkiri aktivitas mobil vibroseis bakal menimbulkan getaran. Sosialisasi langsung ke masyarakat untuk mengetahui potensi dampaknya bagi individu dan bangunan. Meski diklaim dampaknya sangat minim, namun antisipasi sejak dini tak ada salahnya.

“Kita akan kembalikan semula jika dampaknya ke bangunan. Enggak berupa uang. Kita sediakan mandor yang siap berbelanja ke toko bangunan untuk memperbaiki,” kata Farid. (Lingkar Network | Koran Lingkar Jateng)

Exit mobile version