Personil Terbatas, BPBD Kudus Kewalahan Bersih-Bersih Sungai

BPBD KUDUS

CEGAH BANJIR: Relawan BPBD sedang membersihkan aliran Sungai Piji di Desa Piji, Kecamatan Dawe, belum lama ini. (Nisa Hafizhotus Syarifa / Lingkarjateng.id)

KUDUS, Lingkarjateng.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) meminta warga untuk membantu aktif melakukan mitigasi bencana. Terutama melakukan bersih-bersih sungai untuk mencegah terjadinya banjir. Pasalnya, BPBD selama ini merasa cukup kewalahan saat permintaan warga untuk melakukan bersih-bersih sungai datang bersamaan.

“Kami minta warga juga ikut aktif melakukan bersih sungai sendiri. Jadi tidak hanya mengandalkan pihak BPBD saja,” kata Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kudus Budi Waluyo, Selasa (7/12).

Ia mengatakan, selama ini banyak desa yang hanya mengandalkan relawan BPBD Kudus untuk melakukan pembersihan sungai. Padahal, kegiatan bersih-bersih ini butuh keterlibatan banyak pihak.

Cegah Banjir, Sampah di Sungai Kidangan-Blora Dibersihkan

“Pernah suatu ketika ada tiga sampai empat lokasi berbeda yang minta untuk dibantu membersihkan sungai di sekitar desanya. Jadi saat itu kami agak kewalahan karena personilnya terbatas dan harus dibagi ke beberapa lokasi,” ungkapnya.

Bahkan, lanjut Budi, saat relawan BPBD Kudus sedang melakukan bersih-bersih sungai di area desa, warga setempat tidak ikut membantu. Padahal kegiatan ini akan mudah dan cepat dilakukan ketika ada banyak personel.

“Ada beberapa desa yang ketika kami datang itu warganya sama sekali tidak ikut membantu,” ujarnya.

Cegah Banjir, BPBD Rembang Bersihkan Tumpukan Sampah

Menurutnya, hal ini lantaran warga merasa tidak ikut membuang sampah di aliran sungai. Sampah yang ada di sekitar desa dianggap merupakan kiriman dari daerah lain. Sehingga, warga setempat tidak mau ikut terlibat membersihkan sungai.

“BPBD akan selalu siap membantu. Tapi kami minta warga juga ikut terlibat,” tegas Budi.

Lebih lanjut, Budi mengungkapkan, pihaknya akan berupaya mengajak warga untuk bisa aktif membantu melakukan mitigasi bencana. Salah satunya yakni dengan melakukan sosialisasi dan membentuk Desa Tanggap Bencana (Destana).

“Selama melakukan bersih-bersih sungai kami biasanya menggerakan organisasi di desa, organisasi Lazizmu, Banser, MDMC hingga tokoh masyarakat setempat,” tandasnya. (Lingkar Network | Koran Lingkar Jateng)

Exit mobile version