Kisah Inspiratif Warga Kudus, Mundur Sukarela dari PKH, Alasannya sangat Menyentuh

Kisah Inspiratif Warga Kudus, Mundur Sukarela dari PKH, Alasannya sangat Menyentuh

BERJIWA BESAR: Siti Nurhayati yang berada di pojok kiri, saat berfoto dengan Pendamping PKH Desa. (Falaasifah/Lingkarjateng.id)

KUDUS, Lingkarjateng.id – Kisah inspiratif tak harus lahir dari orang sukses dengan harga melimpah. Buktinya, salah seorang warga Kudus, Siti Nurhayati (43), ia pun dapat menginspirasi kita semua, kaitannya dengan mental pejuang.

Berbeda dengan kebanyakan orang yang sukacita jadi penerima bantuan sosial, Siti Nurhayati, sekalipun belum jadi orang kaya raya yang serba ada, justru berani mengambil keputusan mengundurkan diri secara sukarela dari keanggotaan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH), sejak Februari 2020 lalu. 

“Saya memutuskan hal tersebut tanpa paksaan dari siapa pun. Murni dari keputusan saya sendiri,” kata Siti Nurhayati yang merupakan warga RT 05 RW 01, Desa Klumpit Kecamatan Gebog, Kudus. 

Sikap Siti Nurhayati ini patut dicontoh masyarakat luas, pasalnya, ia mengaku selalu diberikan motivasi oleh pendamping PKH desa untuk tidak selalu bergantung pada bantuan sosial (bansos), dan hal itu membekas dalam tekadnya untuk lepas dari ketergantungan bansos.

DPRD Kudus Awasi Penyaluran Bansos Program Sembako

“Sejak menjadi KPM PKH, saya juga bekerja di pabrik rokok. Setiap harinya saya mendapatkan gaji Rp 80 ribu. Alhamdulillah cukup untuk keluarga kecil kami,” ucap ibu satu anak ini.

Siti Nurhayati menambahkan setiap tiga bulan sekali, ia mendapatkan jatah dari PKH sebesar Rp375.000. Bansos yang diterimanya selalu disisihkan untuk ditabung guna keperluan ke depan.

“Suami saya seorang pekerja buruh bangunan yang setiap kerja mendapat bayaran Rp115.000 per hari. Saya merasa penghasilan seadanya itu sudah cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari,” jelasnya.

Tak banyak orang seperti Siti Nurhayati. Di saat orang lain, meski dalam keadaan mampu, berlomba-lomba mendaftar jadi keluarga tidak mampu demi mendapatkan bantuan, ia justru memilih mundur dari KPM dan menjalani kemandirian ekonomi.

Siti berani mengundurkan diri (graduasi mandiri) secara sukarela dari KPM PKH dan membuktikan bahwa kekurangan yang ia miliki bisa jadi kelebihan dengan tekad dan semangat. Alasannya lain yang tak kalah menyentuh adalah karena ia ingin, bantuan yang diberikan kepadanya bisa dialihkan kepada orang lain yang jauh lebih membutuhkan.

“Saya berharap semoga bantuan sosial yang sebelumnya saya terima bisa diberikan kepada keluarga yang lebih membutuhkan,” harapnya bijaksana. (Lingkar Network l Falaasifah – Lingkarjateng.id) 

Exit mobile version