Pakai Metode Khusus, Ternak Lele Milik Cahyo Tri Purnomo Tidak Bau

BETERNAK: Peternakan lele milik Cahyo Tri Purnomo. (Dinda Rahmasari/Lingkarjateng.id)

BETERNAK: Peternakan lele milik Cahyo Tri Purnomo. (Dinda Rahmasari/Lingkarjateng.id)

SEMARANG, Lingkarjateng.id – Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan ide kreatif bagi orang-orang inovatif. Salah satunya Cahyo Tri Purnomo (30) yang menyulap lahan kosong RT 6/RW 1 Karangrejo, Gajah Mungkur menjadi kolam ternak lele. 

Dia bercerita, sebelumnya banyak warga sekitar yang mengatakan lahan itu angker. Namun, dia menampik kabar burung tersebut. “Itu lahan kosong milik keluarga saya. Akhirnya, saya buat kolam untuk ternak lele saja,” ujarnya, Rabu (2/2).

Ada satu keistimewaan dari ternak lele milik Cahyo, yakni tidak bau. Dia mengatakan, sebagian besar kolam lele akan bau hingga mengganggu sekitar. Namun, dengan berbagai metode khusus, dia berhasil menyingkirkan bau tersebut.

Beternak Musang, Pemuda Rembang Raih Omzet Puluhan Juta

Hal itu sangatlah penting sebab peternakan lele miliknya berada di tengah pemukiman. “Ketua RT saya sempat cek langsung dan beliau heran,” ungkapnya.

Lebih lanjut Cahyo membeberkan, bagaimana caranya agar ternak lele tidak bau. Pertama yang dilakukan adalah manajemen air. Air kolam milik Cahyo cukup rajin diganti baik secara otomatis maupun manual. Dia menyalurkan air kolam dengan selang yang langsung terhubung ke selokan.

Selain itu, dia rutin memberikan prebiotik untuk mengurai dan membuat plankton. Selanjutnya tidak memberi pelet atau makan lele terlalu banyak. “Soalnya kalau terlalu banyak akan mengendap di dasar kolam dan jadi bau,” jelasnya.

Belajar Peternakan Sapi ke Cianjur, Wujudkan Mimpi Blora Jadi Sentra Peternakan Sapi

Metode tersebut dipelajarinya secara otodidak melalui situs-situs yang ada di internet. Bahkan peternakan lelenya baru dimulai pada September 2021 lalu. “Ini luas kolamnya 1×2 meter. Dipisah jadi dua jenis,” imbuhnya.

Untuk kolam pertama, dia jadikan sebagai tempat bibit lele. Sedangkan kolam satunya untuk lele yang sudah beranjak dewasa dan siap panen. Dia menjelaskan, pemisahan bibit lele menjadi suatu hal yang penting. Telebih 2 bulan setelah membeli bibit. “Kalau nggak dipisahkan menjadi kanibal. Apalagi kalau makannya telat,” paparnya.

Sejauh ini, Cahyo mengaku sudah melakukan satu kali panen pada akhir Desember lalu. Untuk panen kedua diprediksi pada pertengahan Desember nanti. Saat ditanya apakah sudah menguntungkan, Cahyo mengaku jika belum seberapa.

Yang jelas, katanya, dari pembibitan sampai panen, dia tidak rugi. “Kata teman saya, kalau kita sampai bisa membeli pakan lele dan bibitnya dari hasil panen, itu sudah bagus untuk pemula. Dan tidak rugi,” tandasnya. (Lingkar Network | Dinda Rahmasari – Koran Lingkar)

Exit mobile version