KAB. SEMARANG, Lingkarjateng.id – Total 700 hektare (ha) lahan pertanian di Kecamatan Bawen, Tuntang, Ambarawa, dan Banyubiru, Kabupaten Semarang, mengalami kekeringan akibat minimnya pengairan, terutama pada musim kemarau.
Joko Susanto, seorang petani dari Dusun Baan, Desa Asinan, Kecamatan Bawen, mengatakan bahwa lahan pertanian di 14 desa mengalami kekeringan sejak dilakukannya revitalisasi sungai di sekitar Rawa Pening.
“Saluran irigasi warga ini jadi kering dan tidak ada air yang mengalir ke lahan persawahan kami,” katanya pada Rabu, 11 September 2024.
Lebih lanjut, Joko yang merupakan pegiat lembaga swadaya masyarakat itu mengungkapkan bahwa selama 1,5 tahun para petani setempat tidak bisa bercocok tanam karena saluran irigasi yang mati. Bahkan, kata dia, saat musim hujan sekalipun pasokan air dari saluran irigasi setempat tidak cukup untuk mengairi lahan persawahan petani.
Menurutnya, kondisi tersebut diakibatkan oleh revitalisasi sungai yang tidak dilengkapi dengan saluran irigasi untuk persawahan. Sehingga, Joko menilai revitalisasi sungai yang dilakukan pemerintah tidak berdampak positif bagi para petani.
“Lahan pertanian kami sangat memprihatinkan, kering semua. Dan masalahnya bersumber dari tidak adanya air,” imbuhnya.
Padahal, lanjut Joko, lahan sawah di sekitar Rawa Pening sangat subur. Lahan sawah seluas 32 meter persegi (m2) bisa menghasilkan gabah bersih sebanyak 2,5 ton meskipun menggunakan metode pertanian tradisional.
“Coba jika teknologinya mumpuni dan dibuatkan saluran irigasi. Hasilnya bisa sampai 3 hingga 3,5 ton,” paparnya.
Naum, dengan sulitnya pengairan yang saat ini dialami, Joko mengungkapkan bahwa para petani harus merogoh kocek lebih untuk menggarap lahan. Tiap lahan seluas 32 m2 butuh lima hingga enam kali pengairan. Sedangkan tiap kali pengairan butuh BBM 10-20 liter.
“Sementara jika harga Pertamax per liternya itu Rp 12.950 maka biayanya yang kami keluarkan total menjadi Rp 770 ribu. Belum lagi kami para petani berebut air, kondisi seperti ini tentu membuat kami sulit,” jelas Joko.
Untuk itu, ia berharap, pemerintah bisa memberikan solusi yang nyata sesuai keinginan masyarakat, khususnya para petani di sekitar Rawa Pening.
“Harusnya program-program pertanian itu bisa tepat sasaran dan merata, jangan sampai bantuan itu tidak merata,” pungkasnya. (Lingkar Network | Hesty Imaniar – Lingkarjateng.id)