Prevalensi Masih Tinggi, Program Penurunan Stunting di Grobogan Dinilai Perlu Koordinasi

Ilustrasi stunting

Ilustrasi balita. (Pixabay@ThorstenF/Lingkarjateng.id)

GROBOGAN, Lingkarjateng.id – Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Grobogan, Mansata Indah Maratona, menilai perlu untuk meningkatkan sinergitas dalam rangka mengatasi stunting di Kabupaten Grobogan.

Mansata mengatakan bahwa angka Stunting di Kabupaten Grobogan diketahui masih tinggi. Angka prevalensi stunting di Kabupaten Grobogan pada tahun 2023 mencapai 20,2 persen berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI).

“Angka ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang sebesar 19,3 persen,” ucap Mansata pada Rabu, 11 Desember 2024.

Mansata menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Grobogan menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen pada tahun 2024 ini. Menurutnya, beberapa upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Grobogan antara lain melakukan intervensi spesifik dan sensitif secara konvergen, holistik, integratif, dan berkualitas.

“Melakukan kolaborasi, sinergi, dan kerja keras lintas program dan lintas sektor. Melakukan pendampingan, konseling, dan pemeriksaan kesehatan tiga bulan sebelum menikah,” jelasnya.

Upaya lain yang telah dilakukan di antaranya meluncurkan program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS), meluncurkan Gerakan Cegah Stunting (GECEG STUNTING), dan membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS).

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa prevalensi stunting adalah persentase jumlah balita di suatu populasi yang mengalami stunting dalam pertumbuhan fisiknya.

“Kemudian, bagaimana agar langkah-langkah koordinasi dan program-program penurunan stunting di Grobogan ini bisa terlaksana dengan baik,” ucapnya.

Menurut Mansata, Pemkab Grobogan sudah banyak meluncurkan program untuk menekan angka stunting di wilayah setempat. Namun, pihaknya menilai program-program tersebut perlu dikoordinasikan agar tidak saling tumpang tindih sehingga menimbulkan kesalahan aplikasi anggaran.

“Sehingga sudah diprogramkan tapi kemudian efektivitasnya kurang,” tandasnya. (Lingkar Network | Eko Wicaksono – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version