GROBOGAN, Lingkarjateng.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Grobogan akan membangun sumur bor di dua desa rawan kekeringan. Dua desa tersebut yaitu Desa Karangrejo dan Rejosari, Kecamatan/Kabupaten Grobogan.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Grobogan Soewignyo mengatakan bahwa setiap memasuki musim kemarau, kedua desa tersebut selalu kekurangan air bersih. Bahkan, sudah sebulan ini warga setempat membeli air dan meminta bantuan droping air.
“Selama ini sumber air kurang atau jauh. Ada sumur air dangkal tapi kalau kemarau kering. Mereka sudah mulai beli air sejak satu bulan ini,” ungkapnya pada Senin, 29 Juli 2024.
Soewignyo menjelaskan bahwa pembuatan sumur bor di dua desa tersebut akan menggunakan dana siap pakai (DSP) dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebesar Rp 120 juta.
“Jumlah anggaran masing-masing desa menyesuaikan kondisi. Karena ada yang jaraknya jauh dari sumber mata air,” jelasnya
Menurutnya, pembuatan sumur bor tersebut merupakan upaya mitigasi bencana kekeringan dengan cara mencari sumber mata air baru.
“Kedua desa tersebut masih masuk dalam cekungan air tanah (CAT), tapi memang sudah mepet garis CAT dan tidak. Ini selanjutnya kami kembali melakukan survei lokasi untuk mencari sumber mata air,” ungkapnya.
“Karena diperkirakan ada sumber air, dari keterangan warga dahulu pernah ada pengeboran dari PT Pertamina, di titik tersebut ada (sumber mata air, red.),” lanjutnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Grobogan, Endang Sulistyoningsih, mengungkapkan bahwa sebanyak 29 desa dari empat kecamatan di Kabupaten Grobogan telah dilanda kekeringan. Empat kecamatan itu adalah Kecamatan Gabus, Pulokulon, Wirosari, dan Kradenan.
“Kecamatan Gabus dan Wirosari terlapor satu desa, Kecamatan Pulokulon 13 desa, dan Kecamatan 14 desa,” ujar Endang.
Untuk itu, BPBD Grobogan telah menyiapkan sebanyak 800 ribu liter air bersih yang akan digunakan dalam menghadapi kekeringan di musim kemarau tahun ini. (Lingkar Network | Eko Wicaksono – Lingkarjateng.id)