Sangat Kumuh, Pedagang Tuntut Perbaikan Pasar Guntur Demak

kondisi pasar guntur demak sangat kumuh

SANGAT KUMUH: Genangan air setinggi mata kaki orang dewasa di dalam kios pasar Guntur, Demak, Kamis (20/1). (M. Elang Ade Iswara/Lingkarjateng.id)

DEMAK, Lingkarjateng.id – Sejumlah pedagang di Pasar Guntur, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak mengeluhkan kondisi pasar yang kumuh, berlumpur, bahkan banjir setiap kali ada hujan. Joko (nama panggilan) salah satu perwakilan pedagang Pasar Guntur mengeluhkan bangunan pasar yang tidak layak, seperti atap bocor, lumpur, tidak ada penerangan, bahkan jika hujan, lokasi pasar kerap banjir sampai lutut orang dewasa.

Para pedagang di Pasar Guntur pun berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Demak bisa menghadirkan solusi konkret terkait keluhan yang sudah ada bertahun-tahun. “Sering ada bangkai tikus werog juga. Sungguh memprihatinkan,” jelasnya, Kamis (20/1).

Dia menambahkan, lokasi yang dirasa tidak layak ini sudah dirasakan pedagang pasar sejak beberapa tahun terakhir. Bahkan, Joko sudah berjualan pakaian dari tahun 2007 hingga saat ini. Akan tetapi, katanya, pembangunan dan perbaikan Pasar Guntur hanya wacana omong kosong belaka.

Ludes, Pasar Brambang Demak Kebakaran

Menurutnya, wacana pembangunan sudah sejak tahun 2008. Akan tetapi, tiap tahun hanya ada wacana saja tetapi tidak ada bukti nyata. “Saya berjualan pakaian dengan di bawahnya itu lumpur. Kalau jatuh ya sudah tidak bisa dijual lagi,” kata dia.

Joko memperkirakan, jumlah pedagang di Pasar Guntur ada 300 bahkan lebih. Pasar tersebut memang hanya beroperasi 2-3 kali dalam sepekan. “Tapi, banyak kepala keluarga seperti saya ini yang menggantungkan kebutuhan hidupnya dari pemasukan jualan di Pasar Guntur,” tuturnya.

Selain itu, pihaknya menyayangkan adanya oknum petugas pasar yang diduga tidak bertanggung jawab dengan meminta pajak perpanjangan kios. Namun, hingga saat ini surat perpanjangannya tidak pernah rampung.

Pedagang Pasar Bulu Semarang Kesulitan Gunakan Aplikasi Pembayaran Digital

“Padahal kami tidak mengeluh dan tetap bayar retribusi, meskipun kondisi pasar tutup  dan hanya beroperasi seminggu dua hingga tiga kali, sebesar Rp 5000-Rp 7000,” imbuhnya.

Kondisi tersebut, lanjut Joko, jelas merugikan para pedagang pasar, mengingat fasilitas yang para pedagang dapatkan jauh dari kata layak. Pihaknya meminta supaya dari kecamatan, kelurahan, dan dinas terkait menindaklanjuti keluhan para pedagang Pasar Guntur.

“Harapannya antara kepala pasar, asisten pasar, pedagang pasar dan pak lurah serta dinas terkait itu harus sinkron. Duduk bersama satu meja, untuk mencari upaya-upaya terbaik penanganan Pasar Guntur. Sehingga mendukung kesejahteraan para pedagang,” pungkasnya. (Lingkar Network | M. Elang Ade Iswara – Koran Lingkar)

Exit mobile version