DEMAK, Lingkarjateng.id – Harga kedelai impor terus merangkak naik. Bahkan harganya menembus Rp 12 ribu per kilogram. Nurul Aini, salah satu perajin tempe di Karangawen, Kabupaten Demak menuturkan, ukuran dan ketebalan tempe terpaksa dikurangi agar ia tetap memperoleh keuntungan.
“Harga jual masih stabil, meski biaya produksi meningkat. Biasanya dalam sekali produksi bahan baku 50 kilogram. Biaya produksi itu saja sudah Rp 500 ribu,” ujar Aini, Selasa (8/2).
Meski demikian, Aini mengaku, belum ada rencana untuk menaikkan harga tempe di pasaran. “Harga jual tetap Rp 1.000, karena di desa itu dengan harga jual di atas Rp 2.000 sudah kesulitan mencari pelanggan,” imbuhnya.
Harga Minyak Goreng Melejit, Produsen Kerupuk Jepara Nyaris Gulung Tikar
Bukan hanya harga kedelai yang terus melejit, hal itu semakin diperparah dengan harga jual bahan baku produksi lain diantaranya minyak goreng yang semakin sulit diperoleh. “Harga kedelai yang melambung masih wajar, tetapi parahnya harga minyak goreng juga masih mahal dan sulit. Karena menghambat produksi tahu,” tuturnya.
Aini menyebut, apabila kondisi ini terus terjadi, maka para perajin tempe besar kemungkinan memilih mogok produksi massal, karena hal itu ia berharap pemerintah segera menstabilkan harga.
“Dengan harga Rp 12 ribu sampai Rp 15 ribu sangat sulit bagi pengusaha mendapat laba. Segera kalau bisa pemerintah menurunkan harga bahan baku produksi,” pungkasnya. (Lingkar Network | M. Elang Ade Iswara – Koran Lingkar)