BLORA, Lingkarjateng.id – Puluhan ternak sapi di Kabupaten Blora mati imbas terkena wabah Penyakit Kuku dan Kulit (PMK). Hal itu membuat dua pasar hewan di Kabupaten Blora masih ditutup hingga kini.
“Mulai awal Januari, ada 48 ekor sapi yang mati,” ujar Kepala Dinas Pangan, Pertanian, Peternakan, dan Perikanan (DP4) Blora, Ngaliman, Selasa, 28 Januari 2025.
Berdasarkan data DP4 Blora, kematian ternak tertinggi berada di Kecamatan Kunduran dan Randublatung dengan jumlah 11 ekor. Lalu disusul Kecamatan Kedungtuban yakni sembilan ekor dan Kecamatan Jepon sebanyak lima ekor. Sisanya yakni di Kecamatan Ngawen empat ekor, Kecamatan Jati tiga ekor, Kecamatan Japah dan Jiken dua ekor, dan Kecamatan Todanan satu ekor.
Kendati demikian, Ngaliman mengungkap bahwa terdapat ratusan sapi yang selamat atau divonis sembuh atas segala upaya intervensi angka PMK saat ini.
“Ada 365 ekor sapi dinyatakan sembuh dari total kasus 604 kasus,” kata dia.
Sementara untuk kasus baru, kata dia, hanya ditemukan satu kasus yakni di Kecamatan Japah.
Ia bersyukur, di wilayah Kabupaten Blora tidak terjadi panic selling oleh peternak. Sehingga pemetaan kasus di wilayah Blora dapat dilakukan dengan mudah.
“Harapannya, masyarakat selalu waspada dan tidak panik menghadapi kasus PMK. Selalu waspada dan segera melaporkan kejadian PMK kepada petugas keswan setempat,” jelasnya.
Namun, ia mengungkap terdapat kendala saat penanganan PMK. Diantaranya yakni jumlah petugas kesehatan hewan kurang memadai dan dana APBD sangat terbatas untuk kegiatan pengendalian penyakit hewan. Selain itu, alokasi vaksin dari APBN tidak disertai biaya operasional petugas.
Lebih lanjut, vaksin PMK telah dilakukan ke beberapa ternak yang ada. Diantaranya Vaksin hibah dari APPSI 2.000 dosis dan vaksin APBN Kementan 3.600 dosis.
“APPSI telah terealisasi 1869 dosis, sedangkan Vaksin APBN sudah terealisasi 1278 dosis,” kata dia. (Lingkar Network | Eko Wicaksono – Lingkarjateng.id)