Wisata Religi Rembang, Nyai Ageng Maloko Mubalighah Pertama di Lasem

POTRET: Tampak depan Makam Nyai Ageng Maloko, Desa Gedongmulyo, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. (Instagram @pusakalasem/Lingkarjateng.id)

POTRET: Tampak depan Makam Nyai Ageng Maloko, Desa Gedongmulyo, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. (Instagram @pusakalasem/Lingkarjateng.id)

Lingkarjateng.id – Siapa yang tak kenal dengan tokoh penyebar agama Islam di Rembang satu ini? Seorang mubalighah pertama di Kecamatan Lasem yang merupakan anak dari Wali Songo, Sunan Ampel. Nyai Ageng Maloko memiliki nama asli Siti Khafshoh dan Siti Malikun yang semasa hidupnya dikenal sebagai sosok yang baik hati dan suka menolong.

Beliau merupakan kakak dari Sunan Bonang yang dinikahkan oleh orang tuanya dengan Pangeran Wiranegara, putra Adipati Lasem Wirabadjra. Setelah suaminya wafat pada tahun 1479, Nyai Ageng Maloko mewarisi tahta memimpin Lasem.

1. Makam Nyai Ageng Maloko

Tampak para peziarah sedang berdoa di Makam Nyai Ageng Maloko. (Pemdes Dasun, Kecamatan Lasem/Lingkarjateng.id)

Makam Nyai Ageng Maloko terletak di pemakaman umum Dukuh Caruban, Desa Gedongmulyo, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Jika Anda dari pusat Kota Rembang, kira-kira menempuh perjalanan sekitar 30 menit. Setiap hari, makam ini tak pernah sepi dari peziarah.

Di pelataran makamnya, terdapat makam putra Raden Patah yang bernama Pangeran Surowiyoto.

5 Rekomendasi Objek Wisata Religi di Rembang

2. Perjuangan Nyai Ageng Maloko

Nyai Ageng Maloko dinikahkan oleh orang tuanya dengan Pangeran Wiranegara, putra Adipati Lasem Wirabadjra. Mulanya, Pangeran Wiranegara nyantri ke Sunan Ampel dan bertemu dengan Nyai Ageng Maloko. Pangeran Wiranegara jatuh cinta dengan Nyai Ageng Maloko dan akhirnya menikah hingga menetap di Lasem.

Saat Nyai Ageng Maloko pertama kali ke Lasem, pusat pemerintahan Kadipaten Lasem masih berada di Binangun-Bonang. Usai menjabat selama 5 tahun, Pangeran Wiranegara wafat pada tahun 1479. Setelah itu, Nyai Ageng Maloko yang berusia 28 tahun mewarisi tahta memimpin Kadipaten Lasem. Ia memindahkan pusat pemerintahan dari Binangun-Bonang ke Lasem.

Saat memimpin Kadipaten Lasem, Nyai Ageng Maloko membangun Taman Sitaresmi di Dukuh Caruban, Desa Gedongmulyo untuk menyebarkan agama Islam. Lokasinya dekat dengan tempat pemujaan Sang Hyang Baruna (Dewa Laut). Dipilihnya Caruban sebagai lokasi pembangunan taman lantaran letaknya yang strategis dan memudahkan Nyai Ageng Maloko berkoordinasi dengan Santi Puspo (kerabat Pangeran Wiranegara yang menjabat sebagai laksamana laut).

Nyai Ageng Maloko giat menyebarkan agama Islam terutama untuk kaum perempuan. Bahkan, putri Sunan Muria (Komariah) dan putri Sunan Kudus (Sundariyah) pun pernah berguru pada beliau.

Selain menyebarkan agama Islam di Lasem dan sekitarnya, Nyai Ageng Maloko juga sebagai bendahara Wali Songo yang mengatur segala macam keperluan para wali. Nyai Ageng Maloko dikenal menyimpan banyak benda bersejarah milik Wali Songo, namun tak sembarang orang dapat melihatnya.

Wisata Religi Rembang, Mengenal Petilasan Makam Wali Songo Sunan Bonang

Nyai Ageng Maloko wafat pada usia 39 tahun. Setelah itu, kedudukan adipati digantikan oleh Pangeran Santi Puspo dan didampingi adiknya yang bernama Pangeran Santiyogo.

3. Peninggalan Nyai Ageng Maloko

Peninggalan Nyai Ageng Maloko yang masih ada hingga sekarang adalah tiang-tiang bangunan yang dulunya digunakan sebagai tempat untuk mengaji bersama murid-muridnya. Letaknya di depan Makam Nyai Ageng Maloko.

Selain itu, ada juga gentong yang merupakan petilasan Nyai Ageng Maloko yang ditelakkan di depan Makam Nyai Ageng Maloko (sebelah timur pintu masuk makam). Sekarang, gentong tersebut dipendam ke dalam lantai, sehingga hanya tampak bagian atasnya saja.

Demikianlah ringkasan wisata religi Rembang, Makam Nyai Ageng Maloko yang tak pernah sepi peziarah. Semoga informasi ini membantu Anda. (Lingkar Network | Jazilatul Khofshoh – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version