Mitos Makan Malam Bikin Gemuk, Ini Fakta Sesungguhnya

ILUSTRASI: Seorang wanita menyantap mi instan untuk makan malam sambil mengerjakan tugas. (Freepik @graphixchon/Lingkarjateng.id)

ILUSTRASI: Seorang wanita menyantap mi instan untuk makan malam sambil mengerjakan tugas. (Freepik @graphixchon/Lingkarjateng.id)

Lingkarjateng.id – Banyak masyarakat percaya, makan malam mudah membuat badan gemuk bahkan hingga obesitas. Hal ini dibantah oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik, Wina Sinaga.

Faktanya, kata dokter Wina, makan malam tidak akan membuat seseorang mengalami penambahan berat badan hingga obesitas asalkan porsinya sama dengan makan pagi dan siang.

“Harus dibandingkan dengan sarapan dan makan siang, sebaiknya sama atau lebih sedikit, supaya tidak dijadikan sebagai bahan utama untuk pembentukan cadangan energi di dalam tubuh sehingga tidak terjadi obesitas,” ujarnya belum lama ini.

Saat malam hari, tubuh cenderung untuk beristirahat dan tubuh akan memberikan sinyal untuk membentuk cadangan nutrisi di dalam tubuh. Namun, bukan berarti tidak diperbolehkan makan di malam hari, hanya saja perlu diperhatikan interval waktu antara makan malam terakhir dengan waktu istirahat atau tidur.

“Seringkali ada orang-orang yang cuma punya waktu untuk makan di malam hari. Sayangnya, di malam hari jumlah makannya itu lebih banyak daripada makan di pagi dan siang hari yang akan menyebabkan penumpukan dari asupannya,” katanya.

Penyebab Berat Badan Naik

Justru yang membuat berat badan bertambah adalah memakan cemilan. Menurut dokter Wina, makan cemilan saat malam hari bisa menambah asupan energi yang jauh lebih tinggi daripada makanan utamanya. Hal tersebut lantaran biasanya cemilan merupakan makanan-makanan yang tinggi energi namun mengandung tinggi lemak dengan komposisi tidak seimbang.

Cemilan juga biasanya tidak memiliki kandungan protein dan hanya mengandung karbohidrat sederhana. Sedangkan komponen paling tidak sehat dari camilan adalah tinggi natrium yang menimbulkan risiko penyakit di kemudian hari seperti hipertensi.

Selain itu, cemilan tidak mengenal waktu dan menimbulkan kecenderungan untuk ingin memakannya hingga habis.

 Wina menyampaikan bahwa berdasarkan literatur, saat makan, tubuh akan menstimulasi untuk membentuk cadangan nutrisi. Sehingga, jika tidak berhenti mengonsumsi camilan maka tubuh akan terus mendapat stimulasi sinyal untuk membentuk cadangan. Akibatnya, sintesis lemak atau sintesis cadangan dalam tubuh akan semakin bertambah.

“Karena kandungannya yang tidak seimbang dan tidak lengkap, ini tidak membuat kenyang. Jadi cemilan itu tidak membuat, tapi ingin makan dan makan lagi karena ada penguat rasa yang membuat kita ingin makan lagi dan lagi,” tandasnya. (Lingkar Network | Lingkarjateng.id)

Exit mobile version