Lingkarjateng.id – Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, cacar air merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Varicella zoster. Itulah sebabnya penyakit ini juga dikenal dengan istilah varisela.
Cacar air disebabkan oleh virus Varicella yang bisa menular dengan sangat mudah dan cepat. Infeksi virus ini bisa menyebar melalui udara saat penderita batuk atau bersin, dan kontak langsung dari lendir, air ludah, atau cairan dari luka lepuh.
Gejala Cacar Air
Gejala cacar air ditandai dengan demam, ruam merah, lemas, pusing, dan nyeri tenggorokan. Ruam merah yang terjadi biasanya berawal dari perut, punggung, atau wajah hingga bisa menyebar ke seluruh tubuh. Gejala ini muncul setelah tubuh kita terpapar virus tersebut selama 10 hari hingga 21 hari.
Cara Merawat Luka Cacar Air
Menurut laman Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski), ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk merawat luka cacar air pada anak, yaitu:
- Tetap rutin mandi dengan air suam-suam kuku. Awas, jangan menggosok badan saat mandi.
- Gunakan bedak yang memiliki fungsi mengurangi rasa gatal
- Batasi kontak anak dengan orang lain agar tidak menular.
Pencegahan Cacar Air
Biasanya, cacar air memang kerap terjadi pada anak-anak di bawah usia 10 tahun. Namun, cacar air juga bisa dialami oleh orang dewasa. Untuk mencegahnya, kita bisa melakukan vaksinasi cacar air.
Pada anak kecil, penyuntikan vaksin Varicella atau cacar air pertama dilakukan pada umur 12-15 bulan. Untuk vaksin lanjutan dilakukan ketika anak umur 2-4 tahun.
Sedangkan orang dewasa perlu mendapat 2 kali vaksinasi, dengan perbedaan waktu setidaknya 28 hari.
Cacar Air Terjadi Sekali Seumur Hidup?
Banyak sekali masyarakat yang mempercayai bahwa cacar air hanya akan dialami oleh seseorang sekali seumur hidup. Faktanya, cacar air tidak menutup kemungkinan bisa kembali dialami seseorang, lho.
Menurut Staf Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran DR. Dr. Anggraini Alam, SpA(K) mengingatkan bahwa, cacar air bisa menetap sehingga saat daya tahan tubuh seseorang turun, maka penyakit ini bisa dialami kembali.
“Cacar air bisa menetap, daya tubuh turun bisa (herpes) zoster atau bisa cacar air kembali. Jadi, cacar air itu tidak serta merta sekali seumur hidup,” kata Anggraini seperti yang dilansir dari Antaranews.
Pada seseorang yang pernah terkena cacar air, virus varicella zoster tidak mati dan sirna dari tubuh, namun, bisa menetap atau dorman terutama dalam sel neuronal. Oleh karena itu, agar tak menjadi herpes, menurut Anggraini, orang-orang perlu mendapatkan vaksin cacar air.
Senada, dr. Andika Surya Atmadja dari Alodokter mengatakan bahwa, pada umumnya orang yang sudah menderita cacar air tidak mengalami cacar air kedua kalinya, namun bisa kambuh dalam bentuk cacar ular (herpes zoster).
“Jadi virus cacar air yang sudah sembuh akan menetap dalam tubuh, namun tidak menimbulkan gejala. Pada saat penderita mengalami kekebalan tubuh menurun, kondisi tidak fit, kelelahan, atau yang lain, virus yang tadinya ‘tidur atau dorman’ dalam tubuh akan kembali muncul dalam bentuk bintil bintil kemerahan berisi cairan, namun hanya pada bagian tubuh tertentu (tidak menyeluruh seperti pada cacar air),” kata Andika Surya ketika menanggapi pertanyaan pasien. (Lingkar Network | Shinta – Lingkarjateng.id)