Kesabaran Guru Penentu Keberhasilan Proses Belajar Mengajar

Destiari Adidanti, S.Pd., Guru SD Negeri Sinomwidodo 02, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati

Destiari Adidanti, S.Pd., Guru SD Negeri Sinomwidodo 02, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati

Oleh : Destiari Adidanti, S.Pd., Guru SD Negeri Sinomwidodo 02, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata mendidik berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) soal akhlak dan kecerdasan. Mendidik bobotnya adalah pembentukan sikap mental/kepribadian bagi anak didik, sedangkan mengajar bobotnya adalah penguasaan pengetahuan, keterampilan dan keahlian tertentu yang berlangsung bagi semua manusia pada semua usia. Dan sudah menjadi kewajiban yang paling utama tugas seorang Guru adalah mendidik dan mengajar siswa-siswi yang ada di sekolah. Namun permasalahan seringkali berada pada Guru itu sendiri, yang terkadang amarahnya kurang terkontrol dalam menghadapi siswa-siswi yang nakal dan bandel karena belum tentu mereka para siswa-siswi yang ada di kelas semuanya adalah tipe penurut. Karena berdasarkan dari latar belakang yang berbeda, tak akan mungkin mempunyai sifat dan kepribadian yang sama.

Penulis sebagai Guru Kelas VI di SD Negeri Sinomwidodo 02, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, telah berupaya maksimal dalam memberikan yang terbaik untuk mendidik dan mengajar siswa-siswi di kelasnya. Hal tersebut diungkapkannya ketika seringkali menemui anak didik yang bandel dan nakal, tak jarang mereka telah membuat ulah sehingga terjadi kegaduhan di dalam kelas. Namun, hal tersebut tak membuat semangat mengajarnya menjadi menurun. Menyadari bahwa Guru adalah profesi yang menjunjung hati nurani, maka Penulis selalu ingat bahwa sudah menjadi tugasnya dalam profesi tersebut tak hanya bertugas sebagai pendidik dan pengajar saja. Akan tetapi, banyak hal yang harus dilakukan dalam berkaitan profesinya itu. Seperti halnya Guru adalah orang tua kedua setelah di rumah. Jadi, sudah melekat pada profesi seorang Guru ketika berada di sekolah bahwa akan menganggap semua anak didiknya seperti anaknya sendiri. Dengan hati yang tulus dan dengan sikap yang penuh kesabaran, penulis selalu berprasangka yang positif. Selalu beranggapan bahwa semua anak didik yang hadir di sekolah, tidak serta merta mengerti tujuan sebenarnya mereka datang ke sekolah.

Apalagi jika dilihat dari latar belakang mereka yang berbeda, itu juga sangat berpengaruh pada kehidupannya sehari-hari. Contohnya saja, ada siswa-siswi yang berasal dari keluarga yang mampu, ada juga yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ada yang kedua orang tuanya sangat perhatian terhadap anak-anaknya, ada juga yang sebaliknya. Hal-hal tersebut juga akan berpengaruh pada perilaku mereka di kelas. Namun, dengan kemampuan kesabaran yang dimiliki oleh penulis, semua permasalahan yang ada dalam kelas telah teratasi dengan baik. Menurut (Sulthani, 2010) sabar adalah kemampuan menjaga emosi agar tetap stabil, kesanggupan memelihara persepsi agar tetap terarah dan T-7 (tenang, tahan, tabah, tekun, teliti, tanggulangi dan tawakal setelah berdaya upaya), yang kesemuanya itu dimaksudkan agar tidak terperosok pada tindakan-tindakan yang menyimpang dari akidah dan akhlak dan dengan keadaan seperti itu, kita dapat mencari langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi masalah.

Karena di zaman era saat ini, tak sedikit terjadi kasus kekerasan terhadap anak didik. Hal tersebut juga menyangkut permasalahan antara Guru dan siswa yang terjadi di sekolah. Entah itu kesalahan yang terjadi pada Gurunya, karena kurangnya bersabar terhadap anak didiknya yang nakal. Atau dikarenakan kesalahpahaman orang tua atas dasar keterangan yang tidak benar dari anaknya. Seperti UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan anak, Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2014 dan UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Yang memang perlindungan terhadap anak sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Sebagus apapun kurikulumnya, ketika Guru tidak mempunyai kompetensi untuk mengaplikasikan dalam proses pembelajaran, maka hasilnya pun akan tidak baik. Sebagus apapun sistem pendidikannya ketika Guru tidak mampu untuk melaksanakannya maka sistem itupun tak akan pernah berhasil dengan baik. Guru adalah profesi yang luar biasa mulianya, mereka yang mendedikasikan hidupnya untuk mendidik tunas-tunas penerus bangsa. Bahkan pernah tersematkan semboyan Guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Karena dengan segala keterbatasan yang mereka miliki, mereka tetap mengabdikan hidupnya untuk mendidik dengan ketulusan hati, mempunyai semangat mendidik yang besar. Maka dari itu, Penulis berkomitmen untuk terus selalu bersabar dan tulus dalam mendidik dan mengajar siswa-siswinya yang berada di SD Negeri Sinomwidodo, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati.

Exit mobile version