Prediksi Tren Fashion Indonesia 2022

LIFESTYLE 1

FASHION SHOW: Indonesian Fashion Chamber (IFC) memperingati enam tahun berdirinya organisasi profesi desainer fashion profesional dengan menggelar peragaan busana karya 100 desainer di Istora Senayan, Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, (16/12). (Antara/Lingkarjateng.id)

Lingkarjateng.id – Para desainer busana memprediksi tren fashion Indonesia pada 2022 tidak akan sama dengan tren pada tahun-tahun sebelumnya.

Desainer Musa Widyatmodjo misalnya. Ia menjelaskan, tren fashion pada tahun depan akan lebih berwarna sesuai dengan preferensi para rumah mode.

“Kalau sekarang tren fashion itu sudah tidak seperti 10 tahun atau 20 tahun yang lalu. Misal tren fashion katakanlah mini, semua mini. Atau trennya bunga-bunga, semua bunga-bunga. Itu sudah tidak seperti itu lagi. Jadi sekarang setiap rumah-rumah mode yang besar-besar, yang internasional brand, mereka banyak mengelola tren-trennya masing-masing berdasarkan informasi yang mereka dapatkan,” jelas Musa.

Kendati demikian, untuk tren mode secara global, Musa menjelaskan, akan ada banyak orang yang mencari sesuatu yang berbeda di tahun 2022. Hal tersebut dikarenakan kondisi Covid-19.

Menurut pandangan Musa, banyak orang yang sudah mulai lelah dengan kondisi pandemi selama 2 tahun terakhir. Sehingga di tahun 2022, banyak orang yang akan mengenakan mode yang tidak biasa.

Memukau, Geliat Industri Kreatif dalam Semarang Fashion Convention 2021

“Kalau berbicara tren mode secara dunia, ini kan sebetulnya mereka lebih kepada mencari sesuatu yang baru. Karena kita ‘kan sudah lelah, sudah capek dengan kondisi Covid-19 ini,” ungkapnya.

Musa memaparkan, rasa optimis di tahun 2022 akan membuat para pecinta fashion mengenakan warna-warna yang cerah. Bahkan, dia mengatakan, di tahun depan akan ada banyak orang yang mulai berani melakukan tabrak warna saat berpakaian.

“Jadi harapannya 2022 itu pasti lebih semangat. Nah kalau lebih semangat, biasanya ditandai dengan hal-hal yang sifatnya energik dan dinamik. Misalnya warna yang dipilih akan warna-warna cerah, warna-warni,” kata Musa.

Lebih lanjut, desainer tersebut menjelaskan, hingga 2022 tren menggunakan pakaian oversized masih akan banyak diminati oleh para pecinta fashion. Namun tak hanya pakaian oversized, pakian-pakaian ketat berbahan lentur pun akan turut diminati.

Misalnya saja pakaian-pakaian ketat berbahan rajut. Dengan demikian, orang-orang pun tetap dapat mengenakan pakaian yang ketat, namun tetap nyaman untuk bergerak.

Kenalkan Pakaian Adat, Pemkab Gelar Pagelaran Busana Kudusan

Oversized itu sebetulnya masih akan diminati. Tetapi juga kecenderungan orang untuk pakai baju yang lebih ketat juga ada,” ujar Musa.

Di tahun-tahun sebelumnya termasuk 2021, tren batik masih banyak diminati oleh para pecinta fashion. Akan tetapi di tahun 2022 mendatang, tren batik akan mulai berganti dengan tren pakaian tenun.

“Nah kita sebetulnya di Indonesia ini juga tren yang akan dikembangkan tahun 2022 itu adalah yang pertama pasti kita akan fokus di tenun. Jadi sudah tidak di batik lagi,” tutur Musa.

Menurut Musa, di tahun 2022 pakaian-pakaian akan mulai dicampur dengan teknologi maupun sesuatu yang terlihat glamor. Sehingga, pakaian dengan unsur metalik akan mendominasi menjadi tren mode di tahun 2022.

“Akan masuk unsur teknologi. Apakah teknologi itu dicampur dengan sesuatu yang glamor misalnya. Atau teknologi dicampur dengan sesuatu yang etnik misalnya,” ungkap Musa.

Selain itu, selama beberapa tahun terakhir, tren pakaian ala Korea Selatan alias K-fashion banyak digemari oleh masyarakat khususnya bagi para remaja. Akan tetapi Musa berpendapat bahwa di tahun 2022 mendatang, tren ini sudah tidak akan banyak diminati.

Sebab, tren K-fashion tidak memiliki banyak perubahan sehingga akan ada banyak orang yang mulai merasa jenuh dengan tren mode ala negeri ginseng tersebut. Akan tetapi jika K-fashion mengeluarkan mode terbaru, Musa mengatakan bahwa mungkin mode-mode ala Korea masih akan diminati.

“Karena fashion  itu kan perputaran. Jadi satu naik, pasti setahun dua tahun akan hilang lagi. Jadi orang akan bosan dan mencari sesuatu yang baru,” tutupnya. (Lingkar Network | Koran Lingkar Jateng)

Exit mobile version