8 Tips Jaga Keselamatan saat Berada di Tempat Wisata yang Ramai

ILUSTRASI: Tempat wisata yang ramai. (Sumber Gambar: Freepik @freepik/Lingkarjateng.id)

ILUSTRASI: Tempat wisata yang ramai. (Sumber Gambar: Freepik @freepik/Lingkarjateng.id)

Lingkarjateng.id – Tragedi Halloween di Itaewon, Korea Selatan yang menimbulkan korban jiwa hingga lebih dari 150 orang menjadi salah satu peristiwa memilukan yang terjadi dalam destinasi wisata.

Ketika berada di suatu destinasi wisata populer, risiko keramaian memang tak terhindarkan. Apabila kepadatan menjadi tak terkendali, maka situasi bisa berubah dalam sekejap menjadi bencana.

Situasi keramaian yang tak terkendali ini tak hanya terjadi di Itaewon, tetapi juga di Kanjuruhan, Malang, konser salah satu K-Pop group di Tangerang Selatan dan insiden di Gujarat Bridge-Jembatan di India yang menjadi salah satu destinasi wisata.

Berikut ini Lingkarjateng.id rangkum untuk Anda, 8 tips menjaga keselamatan ketika berada di tempat wisata yang ramai.

1. Jadilah Pengamat

Saat Anda mulai memasuki kawasan destinasi wisata yang terkenal ramai, ambil momen sejenak untuk mengamati lingkungan sekitar. Perhatikan sudut-sudut yang memungkinkan bagi Anda untuk keluar jika situasi menjadi gawat darurat, seperti gerbang masuk, gerbang keluar, atau titik akses lainnya yang bisa dijadikan celah untuk menyelamatkan diri.

Jangan ragu untuk bertanya dengan petugas keamanan atau pemandu wisata setempat terkait letak titik akses keluar-masuk di destinasi wisata yang Anda kunjungi. Berwisata tujuannya memang bersenang-senang, namun jangan sampai Anda terlena dengan kesenangan dan lupa memperhatikan situasi sekitar.

Salah satu cara terbaik untuk menghindari risiko terinjak-injak adalah Anda harus peka dan mengevaluasi situasi keramaian, apakah kepadatan pengunjung masih terkendali, sudah padat atau melebihi batas wajar? Ketika Anda sudah merasa tidak nyaman, lebih baik menyingkir dari keramaian.

2. Ukur Tingkat Keramaian

Anda bisa mengukur tingkat risiko keramaian secara sederhana. Pertama, jika Anda tidak mudah bersentuhan fisik dengan orang sekitar, maka kondisi keramaian masih aman.

Kedua, jika Anda bersenggolan secara tidak sengaja dengan orang lain, biasanya situasi cukup padat. Dalam hal ini, Anda harus lebih bijak.

Lalu ketiga, jika Anda sudah tidak bisa menggerakkan tangan Anda dengan leluasa, seperti tak bisa menyentuh wajah, Anda patut waspada karena ini menandakan keramaian sudah melebihi batas wajar.

3. Hindari Titik Berisiko

Choke points adalah titik-titik yang berisiko menghalangi laju pergerakan keramaian, seperti pintu keluar, lorong-lorong, dan jembatan. Titik ini merupakan akses keluar bagi orang-orang, tapi juga menjadi titik petaka di mana arus keramaian bisa bertumpuk dan celah semakin sempit jika terjadi kepanikan.

Hal ini disebabkan sikap alamiah manusia di mana saat berada dalam situasi gawat darurat, manusia ramai-ramai bergerak ke arah satu titik untuk menyelamatkan diri.

Oleh karena itu, sesuai dengan langkah pertama, menjadi pengamat merupakan aspek penting dengan melihat titik alternatif lain untuk menyelamatkan diri, seperti jendela, tangga darurat, dan pagar.

4. Cari Tempat Berlindung

Anda juga bisa bergerak menyingkir perlahan dari keramaian dan gapailah titik tertentu untuk berlindung. Jika Anda di area outdoor, perhatikan pepohonan, tiang, kendaraan, atau benda apa pun yang sekiranya kokoh untuk Anda panjat atau naiki demi melindungi Anda apabila keramaian semakin tak terkendali.

Apabila Anda berada di area indoor, perhatikan pula sisi dan benda sekitar yang memungkinkan untuk dijadikan tempat berlindung.

5. Terus Bergerak

Jika situasi tidak memungkinkan untuk berlindung, Anda lebih baik ikut bergerak mengikuti arus keramaian dengan memperhatikan keseimbangan diri saat berjalan. Biasanya, ketika berjalan kaki di keramaian, Anda akan merasakan jeda setelah ikut terdorong ke depan mengikuti arus kerumunan, seperti layaknya gelombang air.

Dalam situasi ini, Anda harus bergerak secara diagonal dengan memanfaatkan ruang kosong di antara orang-orang ketika ada jeda tersebut.

Anda juga harus memperhatikan bahwa pada umumnya manusia ada yang refleks menahan diri agar tidak terdesak atau bahkan berusaha melawan arus.

Kenyataannya, jika dua hal itu dilakukan, Anda akan kelelahan karena energi terlanjur habis. Menyimpan energi Anda saat berada dalam keramaian menjadi penting untuk menghadapi risiko ketika berdesak-desakan.

6. Tangan Ala Petinju

Kematian akibat terinjak-injak bukan hanya satu-satunya risiko yang dihadapi. Ketika kerumunan orang bergerak maju dan situasi semakin padat, badan Anda secara tidak langsung ikut terhimpit akibat tekanan dari berbagai sisi.

Risikonya, Anda bisa sesak nafas. Angkatlah kedua tangan Anda seperti seorang petinju dan pastikan ada jarak yang cukup antara tangan dan dada. Hal ini membantu Anda menahan tekanan yang bisa menghambat saluran pernapasan dengan kedua tangan.

7. Jaga Pola Pernapasan

Orang-orang yang berada di kerumunan bisa terkena asphyxia, kondisi di mana seseorang kekurangan oksigen akibat cara bernapas yang abnormal, seperti karena tersedak, paparan zat kimia atau asap, kepanikan, hingga mengidap penyakit tertentu.

Kondisi ini bisa menyebabkan hilangnya kesadaran, cedera otak, hingga kematian. Gagal napas dialami sebagian korban jiwa dalam tragedi Itaewon dan Kanjuruhan.

Oleh karena itu, kendalikan diri dan atur pernapasan Anda sebaik mungkin serta hindari berteriak jika tidak perlu.

8. Jika Terjatuh, Lindungi Kepala

Ini merupakan langkah terakhir apabila Anda terjatuh di keramaian yang sudah tak terkendali dan kepanikan telah terjadi. Jika tak memungkinkan untuk segera bangkit, Anda bisa mengambil posisi meringkuk sedikit ke samping, seperti bayi dalam rahim.

Lindungilah kepala Anda dengan kedua tangan untuk menekan risiko trauma pada kepala akibat terinjak-injak. Posisi meringkuk juga melindungi organ penting, seperti paru-paru dan jantung.

Demikianlah, 8 tips menjaga keselamatan ketika berada di tempat wisata yang ramai yang telah dirangkum Lingkarjateng.id. Semoga informasi ini dapat membantu Anda. (Lingkar Network | Lingkarjateng.id)

Exit mobile version