SEMARANG, Lingkarjateng.id – Nama Kiai Haji Sholeh Darat atau Muhammad Sholeh bin Umar al-Samarani sudah tidak asing banyak warga Kota Semarang karena kiprahnya dalam menyebarkan ajaran agama Islam khususnya di Semarang.
K.H. Sholeh Darat dikenal sebagai ulama besar, intelektual pejuang, dan pendidik pembebas yang mengabdikan hidupnya untuk membangun peradaban melalui ilmu.
Dalam karya-karyanya, khususnya tafsir Faidurrahman, K.H. Sholeh Darat menerjemahkan ajaran Islam dalam bahasa Jawa agar mudah dipahami oleh masyarakat luas.
Hal itu menjadi bentuk perjuangan intelektual untuk membebaskan umat dari kebodohan dan memperkuat identitas keislaman masyarakat pribumi di tengah penjajahan.
Dari pesantrennya di Kampung Darat Semarang, K.H. Sholeh Darat mendidik K.H. Hasyim Asy’ari (pendiri NU), K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), dan menginspirasi R.A. Kartini melalui tafsir Al-Qur’an yang ditulisnya.
Perjumpaannya dengan R.A. Kartini melahirkan karya yang monumental dan mencerahkan, serta menjadi bagian penting dalam sejarah pemikiran Islam dan nasionalisme di Indonesia.
Jasa-jasa besar KH Sholeh Darat dalam meneruskan peradaban itulah yang mendorong Pemerintah Kota Semarang berkomitmen mengusulkan gelar pahlawan nasional untuk sosok ulama tersebut.
“KH. Sholeh Darat bukan sekadar ulama. Beliau adalah penjaga peradaban, guru dari para pahlawan nasional. Sudah sangat pantas beliau mendapat gelar Pahlawan Nasional,” kata Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng saat Saat Seminar Nasional Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional KH. Sholeh Darat, Sabtu, 10 Mei 2025.
Agustin mengatakan pihaknya sudah mendapatkan berkas yang sangat lengkap untuk diusulkan kepada pemerintah pusat.
Ia berharap, proses ini mendapat dukungan dari berbagai kalangan serta diperkuat oleh kajian para ahli sejarah.
“Semoga ini menjadi bagian dari visi besar kami menjadikan Semarang sebagai destinasi wisata religi, khususnya di kawasan makam KH Sholeh Darat dan masjid peninggalan pesantren beliau,” pungkasnya.
Jurnalis: Syahril Muadz
Editor: Ulfa P