PEKALONGAN, Lingkarjateng.id – Sejumlah petani di Kota Pekalongan, khususnya wilayah kelurahan Tirto dan Bumirejo dibuat resah lantaran tanaman padi yang sudah berumur lebih dari 90 hari belum juga dipanen. Padahal, umur ideal panen berkisar antara 80 hingga 90 hari. Kondisi ini dikhawatirkan berdampak pada turunnya kualitas gabah dan potensi kerugian yang lebih besar.
“Padi sudah mulai rebah karena terlalu tua. Kami khawatir kualitasnya menurun kalau tidak segera dipanen,” ujar Ali Sodiq, petani asal Pekalongan, Jumat, 4 April 2025.
Pantauan di lapangan menunjukkan, banyak lahan yang seharusnya sudah panen namun masih dibiarkan. Padi yang menguning menjadi rentan terhadap kerusakan, serangan hama, dan penyakit. Selain itu, aktivitas tengkulak dan penebas juga belum tampak di area persawahan, bahkan kehadiran Bulog pun belum terlihat.
“Biasanya penebas sudah keliling, tapi sekarang sepi. Baik penebas maupun Bulog belum terlihat datang. Padahal padi sudah mulai rebah,” tambah Ali.
Konsultan pertanian lokal, Handono Warih, mengungkapkan bahwa keterlambatan panen bisa jadi disebabkan oleh libur panjang Lebaran. Ia menyebut Bulog masih belum aktif sepenuhnya dan gudang penyimpanan mereka dalam kondisi penuh.
“Bulog masih libur dan daya tampung gudangnya penuh. Mereka sedang berupaya menambah mitra dari rumah penggilingan untuk menambah kapasitas tampung GKP,” jelas Handono.
Ia juga menyebut sebagian kecil sawah di wilayah kelurahan Tirto dan Bumirejo memang sudah mulai dipanen. Namun, mayoritas petani masih menanti kejelasan dari pemerintah dan pembeli hasil panen.
“Petani berharap ada langkah konkret untuk menyelamatkan hasil panen agar tidak mengalami kerusakan lebih lanjut,” tambahnya.
Handono juga menyatakan bahwa dirinya sudah berupaya menghubungi pihak-pihak terkait untuk segera turun ke lapangan.
“Meski masih masa libur lebaran, kita harus proaktif, jangan sampai kalah sama pergerakan penebas dari pihak swasta,” pungkasnya. (Lingkar Network | Fahri Akbar – Lingkarjateng.id)