SEMARANG, Lingkarjateng.id – Kecamatan Semarang Utara masih menjadi wilayah dengan kasus stunting tertinggi di Kota Semarang.
“Semarang Utara masih tertinggi, kemungkinan masih ada sekitar 400 kasus,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, Mochamad Abdul Hakam, saat ditemui di kantornya pada Rabu, 16 April 2025.
Ia menjelaskan bahwa sejak Januari-Maret 2025, angka stunting di Kota Semarang mengalami kenaikan menjadi 2,7 persen atau sekitar 2.100 kasus.
Menurutnya, penanganan stunting di Kota Semarang harus dilaksanakan secara konsisten dan jangka panjang.
“Untuk penanganan stunting ini memang tidak seperti sulapan, tidak bisa tiga bulan atau lima bulan, tapi ini jangka panjang, dan memiliki permasalahan yang kompleks. Karena pengaruhnya itu bisa dari ekonomi, kesehatan orang tuanya, lingkungan, pemukiman,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa penanganan stunting perlu kerja sama antar organisasi perangkat daerah (OPD).
“Penanganannya memang tidak hanya OPD kami saja, tapi juga mungkin Disperkim untuk tata pemukiman, kemudian DLH untuk lingkungan, DP3A, Bappeda, ini harus bekerja sama,” ujarnya.
Lebih lanjut, Hakam menyatakan bahwa diperlukan komunikasi yang baik antara pemerintah dengan masyarakat untuk menekan kasus stunting. Hal itu agar masyarakat dapat memberikan perhatian lebih pada kasus tersebut.
“Saat ini kan yang banyak baca informasi dari pemerintah itu lebih ke warga yang usianya 40 tahunan, tapi yang masih muda masih minim,” katanya.
“Jadi kita perlu pendekatan khusus dalam memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat terutama generasi muda, maka nantinya kita gandeng para pemuda seperti karang taruna, pramuka,” tandasnya. (Lingkar Network | Syahril Muadz – Lingkarjateng.id)