KUDUS, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus tengah mencari solusi terbaik dalam pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tanjungrejo yang saat ini mengalami kelebihan kapasitas atau overload.
Salah satu opsi yang dipertimbangkan Pemkab Kudus adalah penerapan sistem Refuse-Derived Fuel (RDF) yang ditargetkan mampu mengolah sekitar 30-40 persen dari total sampah yang masuk ke TPA Tanjungrejo setiap hari.
Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris, saat meninjau TPA Tanjungrejo menegaskan bahwa pengelolaan sampah harus segera ditangani agar tidak semakin menumpuk dan menjadi masalah lingkungan yang lebih besar.
Menurutnya, sistem RDF menjadi pilihan karena mampu mengubah sampah menjadi bahan bakar alternatif yang dapat dimanfaatkan oleh industri.
“Kelihatannya pengelolaan sampah yang terbaik menggunakan RDF. Nanti kita akan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait. Kami juga akan memastikan bahwa prosesnya dilakukan secara transparan, termasuk dalam pemilihan mesin pengolahnya. Kalau bisa, mesinnya berasal dari dalam negeri dengan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 40 persen,” jelas Sam’ani pada Sabtu, 15 Maret 2025.
Menurutnya, sistem RDF itu akan melibatkan beberapa tahapan, mulai dari pemilahan, pengayakan, hingga pengeringan sampah sebelum diolah lebih lanjut menjadi bahan bakar.
Dengan penerapan sistem tersebut, ia berharap volume sampah yang masuk ke TPA Tanjungrejo bisa dikurangi secara signifikan.
Saat ini, jumlah sampah yang masuk ke TPA Tanjungrejo berkisar 125 ton per hari, lebih rendah dari sebelumnya yang mencapai 140 ton. Hal itu berkat program pemilahan sampah organik di desa-desa yang sebagian telah dimanfaatkan untuk pembuatan kompos oleh pihak swasta.
Bupati Kudus juga menekankan bahwa pengadaan alat berat dan infrastruktur RDF akan melalui mekanisme anggaran yang sudah direncanakan.
“Kalau pemerintah kan ada mekanisme penganggaran, tidak bisa langsung beli dan bayar. Harus ada pertanggungjawaban kepada negara,” katanya.
Selain penerapan teknologi RDF, Pemkab Kudus juga berupaya melakukan edukasi kepada masyarakat agar lebih sadar dalam mengelola sampah sejak dari sumbernya.
“Masalah sampah ini masalah kita bersama. Minimal kita bisa memberikan edukasi tentang pengelolaan sampah,” tegasnya. (Lingkar Network | Mohammad Fahtur Rohman – Lingkarjateng.id)