JEPARA, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara ikut melepas pemudik bersama Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ahmad Luthfi, melalui program mudik gratis di Museum Purna Bhakti Pertiwi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, pada Rabu, 26 Maret 2025.
Bupati Jepara, Witiarso Utomo (Mas Wiwit), mengungkapkan bahwa Pemkab Jepara menyediakan dua armada bus dalam mudik gratis tahun ini. Selain itu, satu bus berasal dari Badan Perhubungan Jawa Tengah, satu unit dari PT Jasa Raharja, dan tujuh bus bantuan dari Kementerian Perhubungan.
Wiwit menyebutkan bahwa tahun ini ada sekitar 500 pemudik asal Jepara yang diberangkatkan menggunakan 11 armada bus tersebut. Jumlah itu, kata dia, meningkat signifikan dibanding tahun sebelumnya yang hanya dua bus dengan kuota 100 peserta.
“Alhamdulillah tahun ini bisa meningkat menjadi 508 orang. Insyaallah tahun depan bisa kita tambah lagi agar lebih banyak perantau yang terbantu,” kata Wiwit.
Wiwit mengatakan, program mudik gratis bukan sekadar fasilitas transportasi, tetapi juga bentuk kepedulian pemerintah terhadap perantau.
“Kami ingin memastikan perjalanan mereka nyaman dan aman. Mudik gratis ini merupakan hasil kerja sama berbagai pihak, termasuk Bank Jateng, PT Semen Gresik, Perum Perumnas, Baznas Jawa Tengah, serta Perkumpulan Perantau Jawa Tengah di Jabodetabek,” imbuhnya.
Sebelum pelepasan, Bupati Jepara menyempatkan diri menyapa para pemudik di dalam bus. Mereka menyambut antusias dan berterima kasih karena bisa pulang tanpa harus mengeluarkan biaya transportasi.
Sementara itu, Gubernur Jateng, Ahmad Luthfi, menegaskan bahwa program mudik gratis bertujuan meringankan beban perantau yang mayoritas bekerja di sektor informal
“Hari ini kami memberangkatkan 231 bus, ditambah besok ada delapan gerbong kereta. Total sekitar 114 ribu warga mudik gratis. Dengan ini, uang saku mereka tetap utuh dan bisa digunakan untuk membangun desa,” ujarnya.
Ia juga berpesan agar masyarakat yang belum memiliki pekerjaan di Jakarta lebih baik membangun daerah asal.
“Kalau sudah ada pekerjaan tetap, silakan. Tapi kalau belum, lebih baik tinggal di desa dan berkontribusi di daerah masing-masing,” katanya. (Lingkar Network | Tomi Budianto – Lingkarjateng.id)