PEKALONGAN, Lingkarjateng.id – Setelah viral karena dianggap mematok tarif mahal, warga yang biasa menyeberangkan sepeda motor menggunakan kerekan tali di Jembatan Tembelan, Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, kini tidak lagi nampak di lokasi. Antrean sepeda motor pun mengular di tepi Sungai Welo.
“Setelah viral kemarin, relawan tidak ada. Kemarin viral karena ada papan tulisan tarifnya, kendaraan besar Rp 30 ribu,” kata Tarjoyo, seorang guru SDN di Desa Yosorejo, Petungkriyono, pada Jumat, 14 Februari 2025.
“Adanya relawan sebenarnya sangat membantu sih, dari pada muter lewat Banjarnegara memakan waktu tiga jam,” sambungnya.
Sebelum viral karena memasang tarif, Tarjoyo mengatakan bahwa para relawan di jembatan itu membantu menyeberangkan dengan suka rela.
“Kalau toh tidak ada tulisan (tarif), yang meminta diseberangkan pun pastinya akan memberikan uang imbalan sebagai ucapan terima kasih. Kami tidak keberatan kok,” ujarnya.
Pemotor lain yang hendak menyeberang, Selviana, mengatakan hal senada.
“Ya sekarang harus muter. Muternya jauh kalau lewat Kalibening (Kabupaten Banjarnegara), ada tiga jam lebih,” ucapnya.
Dalam kondisi normal, Selviana hanya membutuhkan waktu perjalanan sekitar 45 menit dari rumahnya di Kecamatan Doro menuju Desa Yosorejo, Petungkriyono.
“Kita tidak keberatan kok (membayar jasa penyeberangan). Hanya karena viral, akhirnya dihentikan,” kata Selviana.
Lantaran antrean sepeda motor yang hendak menyeberang semakin banyak, sejumlah warga sekitar akhirnya turun tangan untuk membantu. Menurut warga, butuh sekitar 8 sampai 10 orang untuk mengoperasikan kerekan sling untuk menyeberangkan motor.
“Yang di bawah cukup empat orang. Di atas minimal lima sampai enam orang. Kan posisinya naik, perlu tenaga lebih banyak,” kata warga setempat, Suwardi.
Sebagian pemotor yang mengantre pun turut membantu warga untuk mengoperasikan alat penyeberangan darurat tersebut.
“Saya membantu narik, ternyata berat sekali. Lebih-lebih kalau menarik motor dari bawah sana, berat,” kata Feri, pemotor asal Desa Kasimpar, Petungkriyono, yang akan ke wilayah Doro.
Sebagai informasi, Jembatan Tambelan di Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono, itu putus akibat banjir Sungai Welo pada Senin, 20 Januari 2025 lalu. Sementara menunggu jembatan itu diperbaiki, warga membuat jembatan bambu serta kerekan untuk barang hingga motor.
Sebelumnya, jasa penyeberangan motor menggunakan tali di atas Sungai Welo, Dukuh Tembelan, Petungkriyono, belakangan ini mulai menerapkan tarif tertentu. Kabar itu viral di media sosial. Polisi kemudian mendatangi lokasi tersebut.
“Alhamdulillah, setelah kami berdialog dengan relawan dan warga, mereka sepakat untuk tidak memasang tarif dan juga menarik biaya kepada warga masyarakat yang hendak menyeberang,” kata Kapolsek Petungkriyono, Iptu Eko Widiyanto.
Adapun kabar patokan tarif penyeberangan di Petungkriyono salah satunya diunggah di akun Instagram @pekalonganinfo. Dalam unggahan tersebut dinarasikan ada tarif tertentu dalam setiap kali penyeberangan.
“Seharusnya fasilitas penyeberangan tersebut dapat digunakan secara bebas oleh masyarakat umum, namun kini fasilitas tersebut justru dikomersialisasi. Untuk mengangkut barang atau kendaraan pulang-pergi, pengguna harus membayar sekitar Rp 60.000, dengan tarif Rp 30.000 sekali menyeberang, serta Rp 5.000 per karung barang. Selain itu, beberapa warga lokal di Petungkriyono juga mengeluh karena tarif tersebut dianggap terlalu mahal”, tulis akun tersebut. (Lingkar Network | Fahri Akbar – Lingkarjateng.id)