PATI, Lingkarjateng.id– Gagal panen atau puso yang diakibatkan banjir bakal mempengaruhi penyerapan gabah lokal yang dilakukan Bulog Kantor Cabang Pati.
Pemimpin Bulog Kantor Cabang Pati, Nur Hardiansyah, mengatakan bahwa penyerapan gabah akan terdampak jika terdapat petani yang mengalami puso. Pasalnya, puso dapat mempengaruhi kuantitas gabah yang dihasilkan petani.
Kemudian, jumlah pasokan gabah dari petani juga dapat membentuk harga di pasaran. Sedikitnya gabah yang dihasilkan petani lantaran terkena puso, lanjut dia, semakin tinggi harga gabah jika permintaan di pasaran mengalami kenaikan.
“Intinya kalau Bulog itu pasti terdampak, karena saat puso kan membentuk harga ya, saat banyak yang gagal otomatis harga pasar pasti naik, sedangkan untuk Bulog penyerapannya kan dipatok untuk beras Rp 12 ribu, GKP Rp 650 ribu,” jelasnya pada Jumat, 31 Januari 2025.
Di menjelaskan, harga gabah yang tinggi dapat menyulitkan Bulog dalam penyerapan gabah lokal.
“Lebih sulit untuk menyerap gabah karena memang untuk kebutuhan luar itu sudah tinggi. Nah kalau panennya banyak itu harganya turun atau sesuai HPP nanti kita lebih mudah untuk menyerapnya,” paparnya.
Nasib Pilu Petani di Pati Terpaksa Panen Padi Muda Imbas Banjir
Sebelumnya, Penjabat (Pj) Bupati Pati, Sujarwanto Dwiatmoko menyampaikan bahwa banjir yang terjadi di wilayah Sukolilo pada Minggu, 9 Februari 2025 telah menyebabkan sawah di beberapa desa mengalami puso.
Akibat banjir tersebut, petani terpaksa memanen padi miliknya dalam kondisi basah dan tidak maksimal. Sehingga, mempengaruhi kualitas gabah yang dihasilkan.
“Ada beberapa desa di Kecamatan Sukolilo yang terendam, salah satunya Desa Kasiyan. Beberapa sawah yang berada di Desa Poncomulyo Kecamatan Sukolilo seharusnya hampir panen, tinggal 5 sampai 10 hari lagi, tapi justru terendam air hingga mencapai bulir padi,” ungkap Sujarwanto, Minggu, 9 Februari 2025. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Lingkarjateng.id)